18 Desember 1958. Dalam peringatan Dies Natalis UGM, Panitia mengambil inisiatif menyelenggarakan musyawarah alumni untuk yang pertama kalinya di Yogyakarta. Forum ini menjadi tonggak sejarah baru tebentuknya organisasi yang kemudian dinamakan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA).
Dalam perkembangannya, KAGAMA tidak hanya berfungsi sebagai ruang komunikasi para alumnus UGM. Organisasi ini juga mengambil peran di tengah-tengah masyarakat. Ia, mengutip visi yang diemban, berusaha mengoptimalisasi peran jaringan alumni dan almamater dalam rangka penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai wujud semangat ini, program yang dibuat lantas tidak hanya ditujukan dan dinikmati oleh alumni, melainkan juga masyarakat.
Kini, setelah lebih dari setengah abad berdiri, pengurus daerah dan cabang telah banyak dibentuk di seluruh penjuru nusantara. Peran dan kontribusinya bagi masyarakat pun tidak bisa dianggap remeh. Hampir di setiap usaha pembangunan, alumni UGM sering dipercaya memberikan sumbangsihnya. Peran strategis inilah yang menunjukkan kualitas lulusan UGM yang tidak hanya cakap berteori dan lebih menikmati teralienasi di menara gading. Namun sebagai intelektual oganik yang memiliki peran di tengah-tengah masyarakat.
Momentum Musyawarah Nasional harus dimanfaatkan sebagai masa evaluasi kerja-kerja KAGAMA satu periode kepengurusan ini. Perlu dibahas strategi gerakan yang tentu saja harus sesuai dengan konteks dan kebutuhan. Sehingga kepengurusan baru yang terbentuk nanti bisa memaksimalkan peran organisasi baik bagi almamater maupun bangsa dan negara.