Guru Besar Fakultas Teknik Pertanian UGM Prof. Dr. Ir. Moch Maksum, Msc menilai, kebijakan beras murah yang diterapkan pemerintah selama ini tidak tepat sasaran. “Kebijakan tersebut justru merugikan petani karena dengan beras murah petani mensubsidi orang mampu” ujarnya dalam diskusi Teras Kita di resto Solaria Fx Senayan, Jakarta, Sabtu (23/5/2015).
Dalam diskusi tersebut diungkapkan pula bahwa target pembelian beras oleh Bulog sampai pertengahan Mei tidak tercapai. Lely Pelitasari Soebekty selaku Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog mangatakan, hal ini disebabkan harga beli gabah dan beras lebih rendah dari harga pasar. Sementara itu, jika pemerintah menaikan harga beli, dikhawatirkan akan memicu resiko penyelundupan beras dari luar negeri
Hal senada diungkapkan Parman Japar, pelaku usaha perberasan. Menurutnya, selain harga beli rendah, waktu pembelian yang telah melewati masa panen turut andil menyebabkan posisi Bulog dalam kebijakan beras melemah. ”Meski harga beli di pasaran lebih tinggi dari harga beli pemerintah, namun harga tersebut masih jauh dari harapan untuk menggairahkan pertanian kita” tambahnya.
Oleh karena itu, peserta diskusi sepakat bahwa untuk mencapai kedaulatan pangan diperlukan upaya peningkatan produktivitas, salah satunya melalui penyuluhan pertanian. Sayangnya, meski kebutuhan tersebut sudah disadari beberapa tahun yang lalu, hingga saat ini realisasinya belum signifikan.
Kedepannya pemerintah diharapkan mampu menerjemahkan keberpihakan petani dengan kebijakan yang benar. Pemerintah harus menghindari godaan melakukan kebijakan semu yang seolah-olah hendak melindungi kelompok rentan lain padahal menyimpang dari track kebijakan yang benar untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.