Kesuksesan tidak selamanya didapat dari keberhasilan studi, tapi juga diraih dari kesungguhan membangun karier. Agar karier bisa berkembang, seseorang perlu memiliki passion dalam menjalani pekerjaan. Demikian inti materi yang disampaikan Yoyok Heri Wahyono, Pendiri Waroeng Spesial Sambel dan Tika Yusuf, Manajer Swaragama Training Center dalam Career Talks and Exploration: Living Up to Your Passion! Acara ini diselenggarakan di Aula Perpustakaan Pusat UGM lantai dua pada Rabu (27/5). Pada kesempatan tersebut, kedua pembicara membagi kisahnya dalam menjalani kariernya masing-masing.
Mengawali diskusi, Tika menceritakan kesuksesannya di bidang public speaking dan penyiaran bukan datang begitu saja. Kesuksesan yang diraihnya diawali dengan kesadaran bahwa passion yang diminatinya ada di bidang tersebut. Meski latar belakang pendidikannya berbeda dengan karier yang dijalani, Tika tetap bersungguh-sungguh menggelutinya. “Dulu gajinya hanya 200 ribu,” tuturnya. Gaji yang sedikit inilah yang membuat berbagai kolega dekatnya meragukan jalan kariernya. “Mama bahkan sampai berkata bahwa kalau hanya 200 ribu mending diberi mama saja,” ujar lulusan Jurusan Hubungan Internasional ini.
Agar memiliki masa depan yang baik, pada awalnya orang tua Tika lebih menyarankannya untuk bekerja di BUMN. Apalagi dengan predikat lulusan cumlaude yang disandangnya, tentu tidaklah sulit untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan-perusahaan besar. Namun bekerja sebagai pegawai kantoran yang harus berangkat pagi, memakai seragam, dan pulang sore tidak disukainya. “Generasi kita sekarang kan sukanya santai tapi duitnya banyak,” terangnya. Supaya orang tuanya tidak ragu, ia bahkan berjanji membuktikan jalan kariernya dalam dua tahun. “Setelah menyusun target, singkat cerita saya berhasil mewujudkannya,” jelasnya. Penghasilannya waktu itu bahkan tidak kalah dengan pegawai kantoran.
Keraguan dari keluarga terhadap jalan karier yang dijalani juga dirasakan oleh Yoyok. “Saat ibu ke Jogja dan melihat saya jualan di trotoar jalan, ia sempat menangis,” kisahnya. Ibunya lebih menghendakinya bekerja sebagai PNS. Sebab, bekerja sebagai PNS lebih menjanjikan masa depan yang jelas dibandingkan berjualan makanan di pinggir jalan dengan enam orang pegawai. Meski demikian, Yoyok tetap menggeluti dunia kuliner karena sudah kepalang cinta. “Itu yang disebut passion, yaitu bekerja dengan cinta,” tutur pria yang memiliki hobi memasak sejak SMA ini. Yoyok melanjutkan, ia tidak suka apabila orang mengasihaninya kala itu. “Saya justru sedih kalau melihat mereka sedih,” ujarnya.
Meski jalan kariernya berbeda, ada beberapa kesamaan yang dimiliki kedua pembicara tersebut. Keduanya melihat bahwa selain karena usahanya, ada faktor luar yang juga turut menentukan kesuksesan kariernya. “Modal kemampuan saya hanya 40 persen, sedangkan 60 persen sisanya berasal dari Tuhan dan orang tua,” ujar Yoyok. Pendapat ini juga diamini oleh Tika. Di samping usaha keras yang dilakoninya, ia tidak lupa menjalankan ritual-ritual keagamaan seperti sembahyang, puasa daud, dan tahajut. “Hal baik apabila dilakukan dengan baik hasilnya juga baik,” tegasnya.