“Setiap kegiatan yang dijalani manusia tentunya memiliki resikonya masing-masing. Itu adalah hal yang pasti.” Demikian kata Sri Wulandari S.Sos, CRBD, mengingatkan peserta seminar Career Talks and Exploration #3: Live Without Risk (is Impossible) pada Kamis (3/7) pagi. Acara yang digelar di aula Perpustakaan Sekolah Vokasi UGM ini merupakan rangkaian seminar karir yang digelar Kantor Hubungan Alumni UGM. Dalam acara tersebut, Direktur Utama Bank UGM ini mewanti-wanti mahasiswa yang hadir untuk tidak takut menghadapi segala resiko yang datang. “Kalau kita sudah siap menghadapinya, resiko itu dengan sendirinya akan hilang,” tuturnya.
Begitu juga dengan dunia kerja yang akan dimasuki mahasiswa selepas kuliah. Wulan lagi-lagi mengingatkan bahwa mahasiswa nantinya akan mendapati risiko yang lebih besar di dunia kerja jika dibandingkan dengan status mahasiswa di universitas. Apabila diklasifikasikan, setidaknya ada empat hal yang harus diketahui, yaitu risiko teknis, jabatan, fisik, dan psikis. “Mumpung masih belum terlambat, memahami tantangan-tantangan itu lebih dini jauh lebih baik agar nantinya lebih siap,” tambah Wulan.
Resiko teknis adalah resiko yang berkaitan dengan teknis-teknis pekerjaan. Misalnya tidak memenuhi target kerja. Bagi sebuah perusahaan, tidak terpenuhinya target yang dituju merupakan kerugian besar. Ketika pekerja tidak memenuhi target, tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja bagian yang lain. Maka, memahami job description dan standar operasional kerja harus benar-benar dilakukan oleh para pekerja sebelum mengerjakan tanggung jawabnya. “Kita harus tahu dulu harus bagaimana dan tugasnya apa,” ujarnya.
Sedangkan risiko jabatan adalah risiko yang berkaitan dengan tanggung jawab jabatan yang diemban. Bisa berupa tanggung jawab di muka hukum atau tanggung jawab sosial. Sebagai direktur utama Bank UGM, ia tentu saja harus menjaga nama baik almamater yang telah memberikan amanah kepadanya. Ia harus memastikan bahwa perusahaan yang dipimpinnya berjalan optimal. Persoalan kerugian, kredit macet, dan tindakan hukum untuk mengeksekusi jaminan adalah risiko dan tantangan yang dihadapinya.
Selanjutnya Wulan menjelaskan tentang risiko fisik dan psikis. Risiko fisik bisa berupa kecelakaan kerja atau kelelahan sedangkan psikis sering berwujud rasa stress, frustasi, depresi, dan putus asa. Tuntutan untuk memenuhi target kerja yang tinggi dengan intensitas pekerjaan yang padat adalah tekanan yang akan selalu didapatkan para pekerja. Agar tidak tumbang di tengah jalan, pekerjaan-pekerjaan yang berat tersebut harus dikelola dengan efektif. Jangan suka menumpuk pekerjaan. Selesaikan target sesuai dengan yang ditentukan untuk menghindari kelelahan fisik. Pahami juga standar operasional keselamatan kerja.
Di sisi lain, kita harus menjalani pekerjaan dengan senang dan nyaman. Mencintai pekerjaan yang dijalani akan mengurangi rasa frustasi dan depresi. Ketika ada masalah di kantor, selesaikan segera masalah tersebut dalam waktu singkat sehingga tidak mengganggu kehidupan di rumah. Begitu juga sebaliknya. Ketika memiliki masalah di rumah, selesaikan persoalan tersebut segera agar tidak mengganggu pekerjaan di kantor. “Sebisa mungkin kita bisa membagi antara urusan di kantor dan rumah,” jelasnya.
Selain hal itu semua, memahami pekerjaan sebagai ibadah adalah hal yang juga ditekankan Wulan untuk dipahami semua orang. Dengan memahami pekerjaan sebagai ibadah merupakan cara agar kita tidak melulu berorientasi mengejar dunia saja. Kita juga jangan pernah psimis. Kita harus optimis mengjalani segala hal agar tidak terjebak dengan ketakutan-ketakutan. “Ingat, imposible is nothing,” tegas Wulan menutup materinya.