Memiliki rasa minder yang tinggi adalah salah satu kelemahan sebagian besar mahasiswa Yogyakarta, begitu juga dengan UGM. Ketika seleksi penerimaan pegawai, banyak di antaranya yang tidak berani mengungkapkan pikirannya. Mereka cenderung tidak mau show up dalam sebuah forum. Karakter ini berbeda jika dibandingkan dengan lulusan Jakarta yang selalu menonjol.
Demikian poin penting yang disampaikan Harsiwi Ahmad, Direktur Program dan Produksi SCTV dalam acara pembekalan wisuda periode November di Grha Sabha Pramana, Selasa (17/11). Selain Harsiwi, dihadirkan pula Suluh Pratitasari, Founder Matatour dan dimoderatori Dhewo Pratomo, Direktur Otak-otak Event and Communication.
Rasa minder yang tinggi, lanjut Harsiwi, berpengaruh pada kualitas daya saing. Sebab rasa minder seringkali menutupi potensi yang dimiliki. “Dalam seleksi kerja, tidak ada jawaban salah dan benar, melainkan tepat atau tidak dengan konteksnya,” jelas lulusan Antropologi ini. Ia menjelaskan bahwa yang dicari perusahaan adalah orang-orang yang punya potensi, tekun, mau diajak maju, tidak cepat puas, dan semangat yang tinggi. “Yang perlu ditingkatkan oleh mahasiswa adalah keberanian untuk mengungkapkan pikiran,” tambahnya.
Selain itu, bekerja di dunia kreatif dituntut untuk selalu melakukan inovasi. Dalam industri televisi, Harsiwi dituntut membuat program yang mengundang banyak orang untuk menyaksikannya. “Kualitas konten menjadi parameter tinggi tidaknya trafik penontonnya,” terang Harsiwi.
Tita mengamini apa yang disampaikan Harsiwi. Alumnus Jurusan Antropologi ini sudah malang melintang dalam industri kreatif sejak menjadi mahasiswa. Saat mahasiswa, ia sudah bekerja di Dagadu Jogja. Hobi menulis yang ia tekuni di pers mahasiswalah yang mengantarkannya bergelut dalam industri kreatif. Pasca bekerja di Dagadu, ia mendirikan PT. Sendang Kapit Pancuran yang juga bergerak di industri kreatif. “Kami mengurusi merchandise hingga media publishing,” terang Tita.
Inovasi yang lain pun ia lakukan. Tidak hanya bergelut dengan merchandise dan media publishing, Tita juga menjajal dunia travelling. Pada 2009-2011 ia menerbitkan buku Eurotrip yang bercerita tentang jalan-jalannya di Eropa. Sambutan yang bagus pun ia terima dari para pembaca hingga kemudian ia mendirikan usaha jasa trip organizer. “Yang membedakan dengan travel agent lainnya adalah destinasi dan konsep yang ditawarkan. Kita tidak sekadar mengunjungi tempat wisata namun mendalami daerah yang dikunjungi,” jelasnya. Maka ia lebih suka menyebut jasanya trip organizer daripada travel agent.
Kunci kesuksesan di dunia kreatif dan pekerjaan mana saja adalah kemampuan untuk menjadi kreator, bukan ekor. Ketika menjadi kreator, ada hal-hal baru dan kita berperan menjadi leader yang memberikan kontribusi pada pekerjaan yang kita tekuni. “Kreativitas bukan sesuatu yang jatuh begitu saja, tapi dapat dibentuk dengan kerja keras,” tegas Harsiwi.