Tidak sekadar menguasai hard skill, kunci sukses di dunia karier salah satunya dipengaruhi oleh kepemilikan soft skill. Demikian benang merah materi yang disampaikan oleh Drs. Masrizal Achmad Syarief, Apt. dan dr. Hasto Wardoyo, S. OG (K) dalam pembekalan wisuda periode Februari, Selasa (16/2). Acara yang berlangsung di Grha Sabha Pramana UGM ini dihadiri 1802 mahasiswa yang akan diwisuda esok harinya.
Kedua narasumber tersebut berulang kali menekankan bahwa seorang lulusan perguruan tinggi diharapkan tidak sekadar menguasai kemampuan hard skill saja. Masrizal mengungkapkan bahwa penguasaan kemampuan membangun dan menjaga networking berguna untuk dirinya dalam membangun bisnis. “Selama kuliah, saya orang yang tertarik aktif di organisasi. Saya menjadi aktivis organisasi mahasiswa dan ikut berbagai pelatihan hingga tingkat nasional,” ungkapnya. Lulusan Fakultas Farmasi 1981 ini merasa kemampuan dalam berorganisasi inilah yang kemudian membantunya sukses di dunia bisnis. Selain networking, kemampuan leadership serta komunikasi dan presentasi juga perlu dimiliki.
Masrizal melanjutkan, bahwa tugas para lulusan UGM setelah ini adalah menentukan keputusan. Sebab, tidak semua hal dapat dilakukan. Ketika telah memutuskan untuk memilih satu bidang yang hendak digeluti, seseorang akan dapat fokus. “Yang paling penting terlebih dahulu adalah keinginan dan kemauan,” ujarnya. Ia menceritakan pengalamannya ketika memutuskan untuk keluar dari perusahaan obat ternama di Indonesia dan mendirikan usahanya sendiri. Menurutnya, ketika ia sudah yakin pada tujuannya, kemampuan menjadi wiraswasta pun bisa dibentuk.
Hal yang sama diungkapkan oleh Hasto Wardoyo. Ia menjelaskan bahwa 80 persen kesuksesan dipengaruhi oleh soft skill. Hard skill hanya mendapat 20 persen dari porsi prasyarat kesuksesan seseorang. Meski demikian, ia mewanti-wanti peserta untuk tidak hanya fokus pada kegiatan kuliah saja. Sebab, persentase pembelajaran di kampus selama ini 90 persennya adalah hard skill. Agar mahasiswa memiliki pengalaman mengembangkan soft skill, bisa didapatkan dengan aktif di luar kegiatan perkuliahan. “Untuk membangun soft skill, hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengubah cara pandang kita,” terang bupati Kulonprogo ini.
Mengubah cara pandang, lanjut Hasto, bisa dimulai dengan memiliki mimpi yang besar. Seseorang harus banyak membaca agar apa yang dilakukan sesuai dengan ilmunya. “Berfatwa tanpa ilmu itu sesat menyesatkan,” ujar dokter spesialis kandungan ini. Sebagai dokter pun, penguasaan ilmu sangat penting agar ia dapat mengobati suatu penyakit dengan tepat dan profisien. “Saya sangat mengecam orang yang tidak membaca. Sebab, kalau sekadar berbuat tanpa berpikir, apa bedanya dengan monyet,” tegasnya. [Khairul]