Bisnis kuliner adalah peluang besar mendulang keuntungan yang menjanjikan. Banyak kisah sukses yang sudah tertoreh. Aliuyanto, S.E adalah salah satunya. Lulusan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini sudah 21 tahun malang melintang di bisnis kuliner. Solaria, nama usaha miliknya, sudah dikenal orang banyak. Ada 130 gerai yang tersebar di 25 kota.
Kesuksesan yang diraih Aliuyanto tidaklah mudah. Ia mendirikan usaha kulinernya pada 1995. Kala itu Solaria hanya sebuah kedai sederhana. Menu yang ditawarkan pun hanya jenis makanan sehari-hari, seperti nasi goreng, mi goreng, cap cay, bakso, dan sebagainya. Tapi tanpa disangka, justru karena menu-menu yang seperti inilah Solaria bisa berkembang pesat. Aliuyanto mengerti betul karakteristik orang Indonesia yang lebih suka masakan yang pas di lidah mereka. Ia tinggal mengolah makanan yang sesuai dengan lidah orang Indonesia dengan kuantitas banyak dan harga yang pas di kantong.
Meski harganya murah, bukan berarti pelayanan yang diberikan kepada pelanggan ala kadarnya. Ibaratnya fasilitas sekelas bintang lima tapi harga kaki lima. Dengan konsep yang seperti itu, usaha yang dijalankan Aliuyanto menarik banyak orang untuk datang.
Inti kesuksesan yang dipegang teguh Aliuyanto adalah tekad yang kuat dengan konsistensi menjalankannya dengan baik. “Kalau kita sudah punya tekad untuk berwirausaha, kita harus konsekuen, tidak ragu-ragu. Harus berani melangkah dengan segala risiko, kesulitan, dan hal-hal yang menghalangi,” ujarnya. Ia menambahkan, semua usaha yang dijalankannya itu membutuhkan waktu dan keseriusan.
Sebagai lulusan UGM, ia merasa ilmu yang didapatkan ketika kuliah bermanfaat bagi pengembangan kariernya. Baginya, seorang wirausahawan pun harus berilmu. Sebab, ketika kita mengerti ilmunya, pengembangan usahanya pun dapat dijalankan dengan mudah. Orang yang berilmu pun bisa melihat potensi dan kekurangan yang dapat diantisipasi. “Karena ilmu memberikan bekal kepada kita dengan kemampuan berhitung, menganalisa, dan menyelesaikan pekerjaan dengan optimal. Ilmu yang didapat itu harusnya dapat memudahkan jalan kita dalam berwirausaha,” tuturnya.
Selain mendapatkan bekal ilmu, dari UGM pula ia diajarkan untuk peduli kepada masyarakat. Kesuksesan tidak hanya diukur dari laba yang didapatkannya, melainkan juga atas peran yang dapat diberikan kepada masyarakat. Ia melihat hubungan antarmanusia sebagai salah satu pendorong kesuksesan. “Kita berharap sesudah teman-teman semua berhasil, dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat di lingkungan sekitar,” katanya.
Aliuyanto berpesan kepada mahasiswa agar memanfaatkan ilmunya sebaik-baiknya. “Jangan mudah menyalahkan orang lain. Gunakanlah ilmu yang didapat di UGM untuk berkarya, untuk pengembangan dirinya, keluarga, dan syukur-syukur nantinya menjadi pemimpin yang dapat berkontribusi untuk bangsa,” tegasnya. [Khairul]