Selama ini ada anggapan yang tersebar di kalangan mahasiswa bahwa orang yang masa studinya cepat biasanya adalah mahasiswa kupu-kupu, alias kuliah-pulang-kuliah-pulang. Mereka tak banyak ikut kegiatan dan organisasi kampus maupun terlibat dengan jejaring pertemanan yang luas. Namun mitos itu terbantahkan oleh Muhammad Irka Irfa’ Darojat, alumni Jurusan Akuntansi IUP UGM angkatan 2009.
Irka berhasil meraih predikat lulusan Cumlaude dengan lama studi 3 tahun 4 bulan. Prestasi akademik yang diraihnya tersebut juga diimbangi dengan sederet kegiatan dan aktivitas sosial semasa kuliah. Pria kelahiran Sleman, 15 April 1991 ini sempat didapuk menjadi asisten manajer di Himpunan Mahasiswa Akuntansi UGM dan Ketua Panitia Gadjah Mada Accounting Days periode 2010-2011. Selain itu, Ia sempat berpartisipasi menjadi mahasiswa pertukaran pelajar selama setahun di Tohoku University, Jepang pada 2011-2012 dan terlibat dengan kompetisi bisnis tingkat internasional.
Berbagai aktivitas yang dijalaninya merupakan salah satu caranya memperluas jaringan. Semakin luas jejaring yang kita miliki, maka semakin mudah bagi kita untuk bergerak ke arah tujuan kita. “Itu kan tergantung orang ya. Ada yang mau meluangkan waktu, ada yang tidak. Padahal jejaring itu suatu saat pasti bermanfaat,” papar Irka sambil tersenyum. Menurutnya, seseorang hendaknya tidak membatasi lingkungan pertemanannya. Tak ada salahnya bergaul dengan orang yang jauh lebih senior, sebab kita bisa belajar banyak dari nasehat dan pengalaman mereka. Namun jangan lupa juga untuk menjalin hubungan dengan anak muda agar ide-ide segar selalu bermunculan.
“Yang penting adalah di mana pun kamu berada selalu respect dan commited. Kalau kamu menunjukkan kinerja bagus dengan etika yang bagus, orang pasti akan senang bekerja sama denganmu,” jelas putra tunggal pasangan Bibit Lestari dan Dwi Sulistiyowati Khoiriatun ini.
Saat ini, pria yang menjabat sebagai Akuntan di Team Inventory, AFE, and Fixed Asset, Finance Chevron Pacific Indonesia ini pun aktif dalam berbagai kegiatan Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA). Bahkan dalam kesempatan pembekalan wisudawan sarjana D3/S1 November 2015 lalu, ia dipercaya sebagai perwakilan KAGAMA untuk menyerahkan beasiswa kepada 5 mahasiswa terpilih.
Visi ke depannya, beasiswa KAGAMA ini akan dikelola lebih bagus dengan meluncurkan situs khusus beasiswa KAGAMA. Nantinya orang akan bisa melihat sudah berapa banyak donasi yang terkumpul, ke mana saja donasi ini sudah disalurkan. “Intinya adalah transparansi. Sebab, laporan itu bisa memprovokasi massa juga loh,” ujar pria yang juga memiliki keahlian web-designing ini.
Terinspirasi dari sang ibu yang berprofesi sebagai guru SMP, Irka tak bisa melepaskan keinginannya untuk terus berkecimpung di dunia pendidikan. Meski ada rencana untuk melanjutkan bisnis mebel milik ayahnya, saat ini Irka masih ingin melanjutkan pendidikan S2-nya. “Pemasukan terbesar negara adalah lewat pajak dan dunia bisnis. Cita-cita besar saya adalah memperbaiki tata kelola government lewat bisnis yang dapat diperoleh dari sistem pendidikan yang baik,” katanya dengan mantap.
Pesannya, “Jangan berhenti belajar. Orang sukses itu tidak akan puas berhenti di satu titik; tapi ia akan berkembang terus. Tak hanya bermanfaat bagi dirinya, tapi juga membawa orang lain untuk turut sukses bersamanya.” [Nirmala]