Bagaimana mungkin seorang lulusan Jurusan Biologi bekerja di Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Begitu kira-kira pertanyaan banyak orang ketika berkenalan dengan Yuni Erni Aguslin. Perempuan berjilbab ini mengungkapkan keheranan orang-orang. “Seperti tidak ada hubungannya, di PU kan berurusan dengan konstruksi dan pembangunan, sedangkan di jurusan saya tidak mempelajari hal-hal yang demikian,” ujarnya.
Padahal, jika ditelisik lebih dalam, pekerjaan konstruksi juga membutuhkan ahli lingkungan. Selama ini, pengajuan izin pembangunan harus menyertakan kajian Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL). Pengurusan AMDAL ini memerlukan para ahli lingkungan. Pada bagian ini lulusan Jurusan Biologi dapat berperan.
Karier Yuni di Kementerian PU setelah lulus dari UGM pada 1987. Kala itu, Yuni masuk ke Direktorat Cipta Karya. Direktorat tersebut diberi tanggung jawab untuk mengurusi masalah-masalah persampahan, sanitasi, air limbah, air bersih, dan berbagai hal yang berkaitan dengan lingkungan. “Jadi masuk di PU pun ada kaitannya dengan jurusan yang saya pelajari,” jelas Yuni.
Praktis, ketika di kementerian ini, ia selalu berkutat dengan isu-isu lingkungan hidup. Keseriusannya menggeluti isu ini bahkan menuntutnya untuk kembali belajar di bangku kuliah pascasarjana di Universitas Indonesia. “Saya kuliah lagi untuk meningkatkan kompetensi di bidang lingkungan hidup,” katanya. Seiring perkembangan karier, pada tahun 2012 Yuni dilantik menjadi Kepala Bagian Kepegawaian, Ortala, dan Hukum di Sekretariat Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PU.
Ada tiga hal yang melandasi kesuksesan Yuni. Baginya, seseorang itu harus memiliki kompetensi. Ada tiga kompetensi yang harus dimiliki. Pertama, pengetahuan di bidang yang digeluti. Melalui pembelajaran di kampus atau organisasi pengetahuan ini bisa didapat. Kedua, seseorang itu harus punya skill. Keterampilan perlu diasah dengan melakukannya setiap hari. Sedangkan yang ketiga, attitude juga harus dijaga. Melalui sikap yang baik akan membuat seseorang menghargainya.
Sebagai orang yang bekerja kepada negara, ia menjunjung tinggi integritas dan kejujuran. Ia sangat menolak tindakan korupsi dan menyarankan untuk aktif dalam gerakan anti korupsi. Menurutnya, mahasiswa dan alumni kampus Bulaksumur harus mengerti betul nilai-nilai ke-UGM-an. Selama ini, UGM dikenal sebagai universitas perjuangan, universitas Pancasila, universitas nasional, dan kerakyatan.
Nilai-nilai luhur dari identitas kampus gadjah mada yang demikian itu menurutnya perlu diinternalisasi dalam diri. “Sebagai alumni universitas kerakyatan, kita juga wajib membela rakyat. Beda dengan koruptor yang hanya membela diri sendiri dan merugikan rakyat,” tegasnya.