Bersemangat, energik, dengan senyum yang penuh percaya diri, itulah kesan pertama saat melihat sosok yang satu ini berlari kecil menaiki tangga menuju panggung. Ia adalah Ir. Ahmad Yuniarto, alumnus Teknik Elektro angkatan 1986, mantan CEO Schlumberger Indonesia dan founder Biru Peduli Foundation yang ditemui saat menjadi pembicara dalam Pembekalan Wisudawan Program Dipolma & Sarjana periode November 2016 di Gedung Grha Sabha Pramana UGM pada Selasa (15/11). Di balik gaya berbusananya yang sederhana, ternyata sosok ini merupakan salah satu alumni UGM yang berprestasi dan telah mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional.
Sejak lulus dari UGM di tahun 1991, Ahmad banyak menorehkan segudang pengalaman dan prestasi di perusahaan multinasional asing. Ia menduduki berbagai macam posisi jabatan di berbagai negara. Puncaknya di tahun 2011, Ahmad dipercaya sebagai CEO Schlumberger Indonesia.
Semua itu dimulai dari pengamalan menarik di akhir masa kuliahnya. Saat itu ada perusahaan multinasional asing yang sedang mengadakan program rekrutmen di UGM. Ia yang mengaku tidak mahir berbahasa Inggris, awalnya tidak berminat mengikuti seleksi tersebut. Namun atas desakkan temannya akhirnya ia mengikuti seleksi hingga lolos dan menjadi seperti saat ini. Menurutnya kunci keberhasilannya adalah keberanian untuk mencoba dan kepercayaan diri terhadap kemampuan yang ia miliki.
“Saat itu saya tidak mahir berbahasa inggris dibandingkan dengan peserta seleksi yang lain, tapi itu tidak membuat diri saya menyerah, percaya diri saja terhadap kemampuan yang saya punya. Perusahaan ternyata dapat melihat potensi lain yang saya miliki hingga akhirnya diterima,” ujarnya.
Menurutnya banyak perusahaan saat ini tidak hanya melihat kemampuan seseorang dari sisi teknisnya saja, namun juga dari aspek non-teknis yang dimiliki. Beberapa aspek tersebut di antaranya ialah kepemimpinan, kemampuan membangun komunikasi, beradaptasi, dan inovasi.
“Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan diri saat ini terbuka dengan luas. Hanya tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkannya. Tapi yang terpenting dari semua itu adalah kemauan diri kita untuk belajar. Di sini sulitnya, belajar itu mudah namun membuat seseorang untuk ingin belajar itu yang sulit,” paparnya.
Selain sebagai profesional yang sukses, Ahmad juga ternyata memliki jiwa sosial yang tinggi. Selepas dari masa tugasnya di perusahaan multinasional, Ahmad kini banyak melakukan kegiatan sosial yang menyentuh langsung ke masyarakat. Sejak tahun 2006, ia memimpin organisasi sosial nirlaba bernama Biru Peduli Foundation. Organisasi yang ia rintis sejak terjadinya bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta ini berfokus kepada pemberdayaan masyarakat desa dan pendidikan bagi anak-anak terdampak bencana. Ini merupakan bentuk sumbangsih sebagai putera daerah untuk dapat kembali berkontribusi bagi daerahnya.
Ahmad berpesan di hadapan calon wisudawan yang hadir agar dapat meningkatkan kemampuan dirinya. Tidak selalu mengutamakan kemampuan di segi teknis dan akademis namun yang lebih diutamakan ialah kemampuan softskill. Terutama menurutnya ialah kepercayaan diri dan keberanian. Karena itu modal untuk dapat berbicara dan berprestasi di kancah internasional. “Berani mengambil risiko, berani mencoba hal yang baru, dan terpenting adalah percaya diri,” ujarnya menutup sesi diskusi. [Eggy]