Ribuan alumni dan mahasiswa tumpah ruah bersama masyarakat Yogyakarta meramaikan jalanan pada Minggu (18/12) pagi. Bersama-sama, peserta menyusuri rute historis dalam agenda “Niti Laku Perguruan Kebangsaan”. Kegiatan yang digelar keenam kalinya tahun ini merupakan bagian puncak perayaan Dies Natalis Universitas Gadjah Mada (UGM) ke-67. Dimulai dari Keraton Yogyakarta, peserta bergerak melewati Jalan Malioboro, Jalan Mangkubumi, Jalan Cik Ditiro dan kemudian berakhir di Gedung Pusat UGM.
Kehadiran UGM sebagai institusi pendidikan tinggi pertama yang dimiliki Indonesia pasca kemerdekaan tidak dapat dipisahkan dari peran Keraton Yogyakarta dan Sultan Hamengkubuwono IX. Dahulu seluruh kegiatan akademik dipusatkan di dalam Keraton Yogyakarta sebelum berpindah ke kawasan Bulaksumur saat ini. Demi menjaga nilai historis tersebut, UGM setiap tahunnya menyelenggarakan kegiatan Niti Laku.
Wakil Ketua Penyelenggara Niti Laku 2016, Budi Setiyono menyebutkan bahwa UGM sudah sejak lama menjadi simbol keberagaman dan persatuan bangsa. “Nama yang diambil untuk meneguhkan UGM merupakan institusi perawat dan pemersatu kebinekaan. Berbagai suku, daerah dan agama semua ada disini untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa,” tutur Budi.
Hal yang menarik dari tahun ini ialah banyaknya peserta yang mengenakan pakaian ‘Tempo Doeloe’. Sesuai dengan tagline kegiatan, “Djogja Djadoel Sehari, Djogja Moeda Kembali” peserta tampak antusias mengikuti rangkaian acara. Berbagai organisasi mahasiswa daerah yang berpartisipasi pun makin melengkapi kemeriahan dengan menampilkan kesenian adat masing-masing daerahnya.
Turut hadir dalam kegiatan ini Rektor UGM Prof. Diwkorita Karnawati, Menteri Sekretaris Negara Prof. Pratikno, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.
Ketua Umum Pengurus Pusat KAGAMA yang turut berjalan kaki, Ganjar Pranowo, menilai kegiatan ini harus terus dilestarikan karena memiliki nilai yang positif. Menurutnya dari tahun lalu, pelaksanaan Niti Laku ini tidak hanya sekedar parade sejarah saja namun juga ditingkatkan menjadi tambahan pertunjukan pariwisata tingkat dunia.
“Sejak tahun lalu kita bersemangat untuk meningkatkan Niti Laku menjadi parade pertunjukkan wisata bersakala Internasional. Selain melestarikan sejarah ke-UGM-an, kegiatan ini juga menambah atraksi wisata di Kota Yogyakarta,” ujar Ganjar. [Eggy]