Koko Widayatmoko, lulusan Fakultas Teknik UGM tahun 1963 menjadi salah satu Sahabat UGM melalui kontribusinya memberikan koleksi buku pribadi yang ia miliki. Program Sahabat UGM merupakan salah satu program dari Subdirektorat Hubungan Alumni UGM untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi alumni dan mitra yang ingin berkontribusi untuk pengembangan UGM. “Alumni maupun mitra UGM yang ingin berkontribusi bagi UGM saat ini sudah difasilitasi dengan baik dalam Program Sahabat UGM. Tidak hanya material, namun juga dapat berupa pelatihan dan jasa,” ungkap Dr. Sulistyowati, Kepala Subdirektorat Hubungan Alumni UGM dalam acara penyerahan koleksi buku Koko Widayatmoko kepada UGM, Senin (19/12) di Perpustakaan UGM.
Buku yang diberikan oleh Koko merupakan koleksi pribadinya yang terdiri dari hampir 3.000 buku bahasa dan sastra Jawa. Lebih dari 500 buku tersebut berhubungan dengan disiplin ilmunya saat berkuliah. “Jangan bilang saya memberikan buku. Saya hanya mengembalikan pinjaman buku karena saya bisa seperti ini juga karena UGM,” ucap pakar konstruksi Indonesia yang dipercaya mengerjakan proyek landasan bandara I Gusti Ngurah Rai Bali ini.
Kecintaannya pada bahasa dan sastra Jawa ini membuatnya memiliki koleksi berbagai buku kuno dan langka yang diperebutkan berbagai kalangan hingga institusi. “Banyak yang mengejar-ngejar saya untuk mendapatkan koleksi buku pribadi ini, tapi karena saking cintanya dengan UGM saya memilih memberikannya untuk kampus tercinta,” kata Koko.
Acara penyerahan buku yang berlangsung dari pukul 13.00 WIB ini juga dihadiri tim manajemen Perpustakaan Pusat UGM dan Perpustakaan FIB UGM untuk selanjutnya dibahas masalah peletakan buku koleksi Koko tersebut. Selaku kepala Perpustakaan Pusat UGM, Dra. Nawang Purwanti, M.Lib. juga turut menyerahkan kenang-kenangan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi yang telah diberikan Koko.
Koko juga sempat menyatakan kegelisahannya atas berbagai penghargaan internasional yang diberikan kepada orang asing atas keberhasilannya menerjemahkan berbagai buku berbahasa Jawa. “Semoga buku-buku yang saya kembalikan ini dapat bermanfaat dan saya juga berpesan kepada pihak UGM untuk dapat mencari beberapa buku yang sempat dilarang beredar di Indonesia saat pendudukan Belanda. Saya rasa masih perlu banyak buku yang harus dikaji dan diterjemahkan terutama buku Jawa karena buku tersebut mungkin bisa menjadikan Indonesia menjadi negara dan bangsa yang lebih maju dan jaya,” ujar Koko dalam acara tersebut. [Eva]