Perkembangan bisnis digital di Indonesia semakin menjadi tren dan lahan baru yang banyak diminati dalam berkarier. Kreativitas seakan tidak pernah berhenti baik dalam penciptaan startup maupun promosinya.
Sebagai salah satu universitas yang peduli akan hal tersebut, Universitas Gadjah Mada (UGM) mengakomodir kepentingan startup bulider untuk bersinergi bersama universitas, industri, dan alumni. Untuk itulah UGM menyelenggarakan Innovative Academy Pitching To Business Practitioners pada Kamis (23/02) di University Club UGM.
Dalam kegiatan tersebut hadir tiga alumni UGM sebagai praktisi yang membagikan pengalamannya pada pegiat bisnis digital.
Wibawa Prasetyawan (Vice President of Digital Business Garuda Indonesia)
Berhasil menamatkan studi Teknik Elektronya pada tahun 1997 dan mendapatkan gelar master dari Bournemouth University, Iwan banyak berkarier di dunia perbankan sebelum akhirnya menjadi Vice President of Digital Business Garuda Indonesia.
Karier Iwan dalam dunia perbankan antara lain adalah AVP Card Business Analyst and Planning PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, VP of Out-Region Card Portfolio Management Department PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, VP of National Card Acquisition and Usage Department PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan SVP Card Acquisition and Distribution Network PT Bank Mega Tbk.
Sebagai salah satu praktisi di bidang bisnis digital, Iwan beranggapan bahwa kewirausahaan membutuhkan keterlibatan banyak pihak baik dari alumni, universitas, dan startup builder. “Kami sebagai alumni hadir membawa koneksi kami terhadap industri untuk memperkuat keterlibatan dari berbagai pihak,” ujar Iwan. Baginya, kepercayaan industri adalah hal yang dibutuhkan pengembang startup. Akan tetapi, pengembang startup tidak mudah untuk memahami cara berpikir industri sehingga peran alumni memang dirasa cukup berarti dalam menjembatani hal tersebut.
“Selanjutnya, ada beberapa transaksi di industri yang belum bisa ditangkap pelaku startup dan kami juga mencoba menjembatani hal tersebut,” tutur Iwan sambil memberikan gambaran bahwa kepercayaan dari industri akan bepengaruh pada pembagian ‘kue’ yang ada kepada startup.
“Startup adalah suatu gerakan, bukan program. Gerakan harus memiliki movement. Ayo kita bergerak bersama!” ajak Iwan kepada seluruh alumni UGM menutup sesi wawancara khusus dengan tim media Subdirektorat Hubungan Alumni UGM.
Ari Lastina (Head of Cards and Loan Product Citibank)
Bagi Ari Lastina, Head of Cards and Loan Product Citibank, startup merupakan topik hangat di mana semua orang membuat startup karena memang mempunyai uang atau mempunyai ide.
“Tentu yang menjadi tantangan adalah menghubungkan antara uang, ide, dan user/customer supaya semua bisa terkoneksi dan selanjutnya menggerakkan ekonomi serta industri startup itu sendiri,” ujar alumnus Manajemen UGM 1994 tersebut.
Ari merupakan sosok yang sudah cukup lama berkecimpung dalam dunia perbankan di Indonesia. Pada tahun 2008, Ari telah menjadi Vice President Marketing Affluent and Mid Market Segment HSBC dan selanjutnya menjadi Senior Vice President of Marketing HSBC. Bahkan sebelum berada pada kariernya saat ini, Ari menjabat sebagai Head of Privilege Banking UOB Indonesia.
Berkat latar belakang pendidikan dan pengalamannya tersebutlah Ari menjadi memahami cara melihat kebutuhan pasar. “Mengembangkan start up tidak hanya memulai dari kebutuhan pasar, tapi juga harus banyak belajar, mendengarkan orang lain, dan banyak bergaul. Jangan lupa fokus!” ucapnya saat memberikan kiat bagi startup builder.
“Alumni memiliki hutang budi dengan almamater dan jika kita semua mampu berkontribusi, maka kita akan membuat impact yang lebih besar bagi masyarakat,” pesan Ari kepada seluruh alumni UGM.
Taufik M Heriawan (Ketua APJII Yogyakarta)
Sebagai Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia Yogyakarta, Taufik M Heriawan paham betul bahwa hampir separuh penduduk Indonesia bisa terakses internet. Artinya, interaksi antar manusia hampir di seluruh Indonesia menggunakan internet.
“Ini adalah peluang bagi startup untuk mengisi kebutuhan konten yang memiliki rasa Indonesia,” ucap Taufik. Ia juga mengutarakan bahwa saat ini, hampir semua konten berasal dari luar Indonesia dan yang menjadi tantangan saat ini adalah bagaimana menumbuhkan konten asli Indonesia.
“Sebagai alumni, saya merasa terkejut bahwa anak muda terutama dari UGM memiliki ide dan pemikiran yang bahkan belum terpikirkan orang lain,” tutur alumnus Teknik Elektro UGM 1991 tersebut.
Dalam memasuki era digital, semua pihak mau tidak mau harus bersiap mengikuti perkembangannya. Oleh karena itu, Taufik juga berpesan bahwa generasi muda harusnya tidak takut bermimpi dan memunculkan ide baru. Apabila semua sudah terealisasi, barulah melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu menjemput dengan aktif semua peluang yang ada.
“Jangan takut mencoba!” pesan Taufik kepada alumni UGM mengakhiri perbincangan mengenai perkembangan startup di Indonesia.