“Indonesia masih dan akan selalu mencari keseimbangan sistem dalam menghadapi perkembangan segala aspek kehidupan hingga mencapai kedewasaan masyarakat,” ucap Prasetio dalam acara Pembekalan Calon Wisudawan Program Pascasarjana Periode Juli 2017 di Grha Sabha Pramana.
Dipercaya menjadi pembicara di hadapan 1.040 calon wisudawan pascasarjana, Prasetio merupakan salah satu sosok alumni UGM inspiratif dengan segudang pengalaman kerjanya.
Prasetio dengan latar belakang pendidikan sarjana akuntansi memulai kariernya pada tahun 1984 sebagai karyawan Bank Niaga melalui Executive Development Program. Semenjak itu hingga 20 tahun selanjutnya, Prasetio konsisten meniti karier di bidang perbankan. Beberapa posisi strategis yang pernah ia duduki adalah Vice President of Credit Policy and Administration Group Head Bank Niaga, Direktur PT Bank Danamon Indonesia, Tbk., Staf Ahli Direktur Utama PT (Persero) Bank BNI, Tbk., dan Komisaris PT Bank BRI, Tbk.
“Saya mengambil Hukum Bisnis untuk pendidikan pascasarjana. Ini berguna untuk mendalami hukum korporasi sesuai dengan karier yang saya jalani walaupun saya memiliki latar belakang sebagai akuntan,” jelas Prasetio sambil menceritakan awal kariernya di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Tertantang berkarier di luar dunia perbankan, pada tahun 2006 Prasetio menjabat sebagai Executive Vice President Risk Management and Legal Compliance PT (Persero) Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Selanjutnya, hanya butuh waktu satu tahun baginya untuk naik ke posisi Direktur Compliance and Risk Management pada perusahaan yang sama. Posisi yang dijabat Prasetio selama lima tahun tersebut membuatnya menjadi paham betul mengenai pengembangan manajemen risiko dan membawanya menuliskan buku berjudul Dilema BUMN (Business Judgment Rule) pada 2014 dan It Goes Without Saying (Risk Management) pada 2016.
“Selain mengembangkan bisnis dan membangun manajeman risiko sebagai kultur budaya di BUMN, kita tidak boleh lupa untuk memperbaiki government-nya. Dalam pembelajaran tersebut, saya banyak memperoleh ilmu dari UGM,” ucap alumnus Magister Hukum Bisnis, Fakultas Hukum UGM 2009 tersebut. UGM juga menjadi tempatnya mendapatkan gelar Doktor Ilmu Hukum dengan disertasinya yang berjudul “Penerapan Business Judgment Rule dalam Restrukturisasi Transaksi Komersial PT (Persero) Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas” pada tahun 2013 dengan predikat cumlaude.
Saat ini, Prasetio diberi tanggung jawab untuk menjadi Direktur Utama Peruri. Ia melakukan kerja nyata dengan melakukan transformasi perusahaan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Bisnis, Struktur & Sistem, dan Kultur/ Budaya sehingga Peruri mampu tumbuh sejak 2012-2016 dengan rata-rata 22% per tahun. Di samping itu, dibawah kepemimpinannya, pada 2015 kinerja Peruri pertama kalinya mencatat pendapatan Rp3,105 triliun dan laba bersih Rp324 miliar. Angka ini naik 22,84% untuk pendapatan dan 2,85% untuk laba bersih dibandingkan tahun sebelumnya.
Pencapaiannya ini menjadikannya sebagai The Best CEO in Leading Change, Anugerah BUMN versi majalah BUMN Track 2016 dan The Best CEO in Branding Initiative, BUMN Award versi Majalah BUMN Track, Rumah Perubahan dan Arrbey Consultant 2016. Pada tahun yang sama, Prasetio kembali berkarya melalui bukunya yang berjudul Out of Comfort Zone yang menceritakan transformasi Peruri menjadi salah satu perusahaan terbaik.
Sebagai penyandang gelar Doktor, saat ini Prasetio juga aktif menjadi dosen di Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia, Universitas Pembangunan Nasional, dan Universitas Pancasila. Ia juga masih aktif menulis buku dan karya ilmiah untuk berbagi pengetahuan sekaligus meraih cita-citanya menjadi Guru Besar.
“Kita harus terus menjadi manusia yang memiliki nilai dan kompetensi tinggi sehingga dapat diterima di masyarakat dengan baik dan dapat ikut serta membangun negeri yang kita cintai ini,” pesan Prasetio kepada seluruh Alumni UGM dalam akhir sesi wawancara eksklusif bersamanya di University Club UGM pada Selasa (18/7). [Eva]