Berbagai kampus yang ada di benua Eropa selalu menjadi incaran bagi mahasiswa Indonesia yang berminat melanjutkan studinya di luar negeri. Selain karena kualitas dan mutu pendidikan yang sangat baik, banyaknya tawaran beasiswa yang berasal dari pemerintah setempat maupun swasta menjadi daya tarik yang menggiurkan, salah satunya datang dari Pemerintah Swedia.
Setiap tahunnya, 70 mahasiswa internasional diberikan kesempatan untuk menimba ilmu di negara yang berlokasi di bagian Utara benua Eropa ini. Tawaran tersebut berlaku untuk mahasiswa dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tidak sebatas pada bantuan pendidikan dan kegiatan riset, namun juga mengakomodasi keperluan hidup hingga jaminan asuransi kesehatan selama masa studi.
“Pemerintah Swedia memang sangat peduli dengan dunia pendidikan. Sebagian besar alokasi anggaran negara diberikan pada kegiatan research, terutama yang mengarah pada sustainability development. Termasuk memberikan beasiswa studi kepada mahasiswa internasional,” ujar Titi Holmgren dari Nordic Student Service saat memberikan tips dan trik melanjutkan studi di Swedia di Ruang Multimedia, Gedung Pusat UGM, Rabu (2/5).
Di hadapan 30 mahasiswa UGM, Titi membeberkan beberapa program beasiswa yang dapat dimanfaatkan, di antaranya Swedish Institute, Swedish Universities, Erasmus Mundus, serta EIT Grant yang khusus untuk bidang studi Information and Communication Technology (ICT). Terdapat pula program beasiswa studi pengembangan energi terbarukan melalui KIC innoenergy Scholarship di KTH Royal Institute, Stochklom.
Program beasiswa dari Pemerintah Swedia tersebut dapat menjadi alternatif dari beasiswa pendidikan yang berasal dari pemerintah Indonesia, seperti Beasiswa Kemenristekdikti dan LPDP.
Menurut Titi, pengurusan beasiswa di Swedia tidak serumit seperti halnya terjadi di Indonesia. Pelamar beasiswa tidak perlu mengikuti serangkaian tes seleksi maupun wawancara. Pelamar hanya diminta untuk mengumpulkan berkas seperti curriculum vitae, recommendation letter, motivation letter, dan leadership experience melalui laman resmi pemberi beasiswa serta tidak lupa melampirkan paspor sebagai data diri.
“Proses akhirnya, pelamar harus sudah mendapatkan Letter of Admission dari program studi yang dituju sebagai syarat utama mendapatkan beasiswa tersebut,” tambah Titi.
Selain adanya beasiswa, keuntungan lain melanjutkan studi di Swedia, menurut Titi, karena kondisi lingkungannya yang kondusif dan ideal bagi proses pembelajaran. Iklim internasional yang kental juga membuat mahasiswa dari berbagai negara tidak mengalami kendala dalam berkomunikasi di Swedia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk negara di jazirah Skandinavia ini dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.
Di samping itu, keberadaan beberapa perusahaan besar di bidang teknologi seperti Ericsson, Spotify, Skype dan Electrolux juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan kolaborasi riset maupun menambah pengalaman bekerja di perusahaan berskala internasional. [Eggy]