Yogyakarta – Perubahan dalam berbagai hal di dunia saat ini seolah bergerak lebih cepat seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi kalangan industri untuk dapat menyesuaikan diri agar mampu bertahan di era disrupsi.
Salah satu usahanya adalah dengan mencari sumber daya manusia yang unggul untuk menempati berbagai lini proses bisnis. Tidak hanya unggul secara kompetensi, SDM tersebut juga harus memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi.
“Saat ini kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan berubah dibandingkan dengan era terdahulu, industri lebih mencari kriteria extraordinary yang bisa memenuhi kebutuhan saat ini dan juga di masa mendatang,” ujar Tina T. Kemala Intan, Director of Human Capital, General Affairs, and IT di Universitas Gadjah Mada, Selasa (28/8).
Lebih lanjut Tina menjabarkan, selain kemampuan teknis sesuai dengan latar belakang pendidikan, industri lebih memilih untuk merekrut sumber daya manusia yang memiliki karakter. Industri akan melihat dari seberapa banyak pengalaman serta aktivitas di luar kegiatan akademik yang menjadi nilai pembeda antar individu yang satu dengan lainnya.
“Persoalan softskill menjadi lebih penting dibandingkan dengan IPK (indeks prestasi kumulatif). Pengalamannya sudah ada sehingga saat melamar di perusahaan, CV (curricullum vitae)-nya itu menjadi menarik untuk kami baca,” tambah Tina.
Tidak hanya soal kompetensi, era kemajuan teknologi juga memunculkan keadaan tidak terbatas dalam hal komunikasi dan akses informasi. Hal tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik untuk membuka ruang kesempatan berinteraksi secara global, baik bagi industri maupun para pencari kerja.
“Kita jangan hanya melihat peta Indonesia saja tapi juga peta dunia, global, kita harus mampu membangun mindset global untuk mengambil kesempatan bekerja di luar negeri yang terbuka dengan lebar,” ujar Country General Manger Lenovo Indonesia, Budi Janto.
Menurut alumnus Fakultas Ekonomi UGM, perusahaan multinasional besar khususnya yang bergerak dibidang IT (informasi dan teknologi) gencar mencari talent hingga ke penjuru dunia, tidak terbatas pada negara-negara maju saja. Kesempatan baik itu harus pula diikuti dengan persiapan matang dan bekal softskill yang baik untuk dapat memenangkan persaingan dengan kompetitor dari negara-negara lain di dunia.
“Bekerja di Industri IT, dinamikanya berjalan sangat cepat. Perlu beradaptasi dengan cepat karena sangat kompetitif, perubahan dalam hitungan detik. Itulah iklim kompetisi global sehingga kita harus juga memiliki pemikiran global,” tambah Budi.
Kehadiran Tina dan Budi ke UGM kali ini dalam rangka menjadi narasumber dalam acara Pembekalan Calon Wisudawan Program Sarjana dan Diploma Periode IV bulan Agustus 2018. Keduanya berkolaborasi memberikan motivasi serta kisah sukses di hadapan 3.700 calon wisudawan UGM yang memadati Grha Sabha Pramana. [Eggy]