Yogyakarta – Tanpa kita sadari, dunia digital telah mengubah banyak aspek dalam kehidupan. President Director Gamatechno Indonesia, M. Aditya Arief Nugraha dalam Kuliah Umum dan Talkshow ‘Nasionalisme di Era Digital’ di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM, Kamis (6/12/18) menyampaikan bahwa di zaman digital ini teknologi juga dapat mengubah sifat dan budaya.
Sebagai contoh, pada platform media sosial misalnya Facebook, orang-orang menceritakan hal-hal yang terjadi di kehidupannya, memberikan opini terkait berita-berita dan isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan, serta menyebarkan informasi. Tanpa mereka sadari sebenarnya mereka semua telah berkontribusi menjadi reporter bahkan dengan sukarela tanpa dibayar oleh Facebook.
Aditya mengajak para peserta talkshow untuk memikirkan bagaimana agar digital bisa berkontribusi untuk kejayaan bangsa Indonesia karena digital membawa banyak sekali kemungkinan.
Talkshow yang juga menghadirkan Evan Purnama, CEO Qiscus.com ini bertujuan untuk membuka pandangan pemuda bahwa di zaman digital pemuda Indonesia masih dapat memberikan sumbangsihnya untuk kemajuan negara, tidak hanya sekedar menjadi pengguna.
Evan Purnama yang lulus sarjana dari Singapura rela kembali ke kampung halamannya di Bantul, Yogyakarta untuk mengembangkan bisnis startup yang ia pandang dapat memberikan sumbangsih untuk negara berupa lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.
“Qiscus.com merupakan sebuah startup yang membantu perusahaan-perusahaan yang membutuhkan fitur untuk chatting dengan customer-nya. Contohnya seperti chat antara driver (pengemudi) Go-jek dengan customer-nya. Saat ini Qiscus.com telah meng-handle jutaan chat user.” Terang CEO Qiscus.com tersebut.
“Di era digital ini, teman-teman mahasiswa harus belajar hal-hal yang dibutuhkan beberapa tahun ke depan. Misalnya dengan mengambil online course agar mempunyai skill untuk bisa bersaing di era digital.” Pesan Evan kepada para peserta talkshow.
Pembicara ketiga dalam talkshow inspiratif ini yaitu M.S. Fikri, Head of Community Management Bukalapak menyampaikan bahwa hidup di era digital juga ada peluang untuk membuka usaha.
“Jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini sekitar 50% dari total penduduk. Ini berarti peluang kita dalam bidang usaha teknologi masih besar karena masih ada 50% lagi orang-orang yang dapat kita sentuh.” Ujar Fikri yang merupakan alumnus Ilmu Komunikasi UGM 2004 tersebut. Setelah lulus pada tahun 2009 ia kemudian melanjutkan pendidikan S2-nya ke Amsterdam dengan beasiswa LPDP.
Fikri yang aktif mengajar sebagai dosen mata kuliah online marketing di London School of Public Relations dan juga merangkap sebagai konsultan di Dinas Pariwisata itu menjelaskan tentang dampak dari digital disruption.
“Menurut pengamat, pada tahun 2020 akan muncul 2 juta jenis lapangan kerja baru, akan tetapi 7,5 juta lapangan kerja yang ada saat ini akan musnah. Pekerjaan yang akan banyak dibutuhkan pada tahun 2022 antara lain: data analyst, data scientist, artificial intelligence, dan organizational specialist.” Ungkap alumni UGM yang semasa kuliahnya aktif di berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tersebut.
“Selama berkuliah di UGM, pada tahun pertama saya aktif di tujuh UKM namun pada tahun kedua saya sudah membatasi diri agar fokus di beberapa UKM saja. Tujuannya adalah agar saya memiliki networking (jaringan). Jadi sebagai mahasiswa jangan membatasi diri!” Ujarnya.
Selain itu, Fikri juga berpesan bahwa sebagai mahasiswa sebaiknya juga rajin mem-branding diri sehingga di dunia kerja nanti organizational experience-nya sudah terekspos. [Hubungan Alumni UGM/Nisa; Foto: Buyung]