Citra yang ramah dan energetik terpancar dari sosok Dr. J. Satrijo Tanudjojo saat menjadi pembicara pada acara Pembekalan Calon Wisudawan Program Sarjana dan Diploma Periode November 2019, pada Selasa (19/11) di Grha Sabha Pramana UGM.
Lulus dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM pada tahun 1983, Satrijo kini telah menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) di Global Tanoto Foundation setelah sebelumnya Ia sudah berkarier di 10 negara berbeda. Satrijo sangat konsen terhadap pengembangan edukasi yang ada di Indonesia sehingga Ia bergabung dengan Tanoto untuk memfasilitasi beberapa program terkait pendidikan.
Kesuksesan yang telah diraih oleh Satrijo tentu tidak didapat dengan mudah melainkan dengan adanya ketulusan dan integritas. Satrijo juga mengatakan bahwa integritas adalah hal yang dimiliki oleh setiap orang dan integritas bukan merupakan hal yang perlu didiskusikan lagi.
“Integritas sudah ada di dalam diri semua orang. Yang bisa kita pilih hanya mau kemana arah kita, dengan siapa kita berteman. Berteman dengan lingkungan yang dapat membangun diri kita, tentu secara alami akan membentuk integrated community,” ujarnya dihadapan 1.900 calon wisudawan.
Dewasa ini, marak disuarakan perkembangan teknologi 4.0 yang juga berimbas pada sosial masyarakat. Satrijo mengatakan teknologi terbagi menjadi dua, yaitu teknologi secara fakta dan teknologi secara mindset. Teknologi secara fakta dapat terlihat dari banyaknya pengganti tenaga kerja manusia yang berupa mesin. Sedangkan, teknologi secara mindset yang dimaksud adalah manusia harus bisa naik dan melihat situasi yang ada.
“Pengetahuan kita berdepresiasi. Sekarang depresiasi pengetahuan kita hanya 3 sampai 5 tahun. Oleh karena itu kita, harus terus belajar,” ungkapnya.
Satrijo juga menambahkan bahwa para alumni harus bisa menjaga diri agar selalu relevan dengan zaman. Selain itu, kata Satrijo, menurut survey World Economic Forum, 5 sampai 10 tahun mendatang, 75 juta pekerjaan akan hilang. Karenanya, ilmu pengetahuan sangat berperan penting dalam menciptakan atau memberikan solusi terhadap lapangan pekerjaan yang hilang tersebut.
Berkarier dari bidang yang berbeda di tempat-tempat yang berbeda pula tentu memiliki segudang tantangan baru yang harus dihadapi setiap harinya. Satrijo menyampaikan di depan para calon wisudawan untuk jangan terpuruk pada keadaan.
“Dalam bekerja, peganglah 3H atau kalau dalam bahasa Indonesia itu 3K. Head (kepandaian), heart (kepedulian), dan habbit (kebiasaan). Kepandaian dibutuhkan untuk terus belajar dan berinovasi. Kepedulian adalah peduli terhadap sekitar, karena kalau kita tidak peduli, siapa lagi yang akan peduli. Terakhir adalah kebiasaan. Tumbuhkan kebiasaan baik agar bisa membawa ke hal yang baik pula,” ujar Satrijo.
[Hubungan Alumni/Artikel:Winona;Foto:Aan]