Pentingnya mengembangkan lokalitas menjadi highlight pada webinar Sinergi UGM dan KAGAMA 3 yang diselenggarakan pada Minggu (23/8). Acara yang diselenggarakan via Zoom Meeting Room ini dihadiri oleh lebih dari 400 peserta baik melalui Zoom maupun siaran langsung YouTube.
Sulastama Raharja selaku ketua panitia menyampaikan webinar kali ini bertujuan sebagai langkah awal membangun komunitas yang tangguh dalam menghadapi Covid-19, melakukan pengkajian secara komprehensif, serta mencari solusi terhadap berbagai cara membangun komunitas yang tangguh pada era adaptasi kebiasaan baru.
Rangkaian Sinergi UGM dan KAGAMA kali ini bertajuk “Membangun Komunitas Yang Tangguh Pada Era Adaptasi Kebiasaan Baru” menghadirkan Menteri Perhubungan RI sekaligus Wakil Ketua Umum 1 PP KAGAMA, Ir. Budi Karya Sumadi. Dalam sambutannya Budi Karya Sumadi mengatakan Presiden RI menyampaikan bahwa pandemi ini belum berakhir.
“Yang dipesankan (oleh Presiden RI) adalah kita harus mengupayakan suatu ikhtiar agar ekonomi berjalan, masyarakat itu tidak terkapar. Masyarakat juga harus mendapatkan sumber pendapatan, sumber pekerjaan yang tentunya pekerjaan yang sudah ada atau merupakan kreasi-kreasi baru,” ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M., menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan Sinergi UGM dan KAGAMA yang berkelanjutan. Terkait dengan adanya sinergitas ini, Prof. Paripurna mengatakan bahwa mahasiswa KKN UGM yang dikirim secara daring, telah membantu masyarakat dan memberikan penjelasan tidak hanya tentang protokol kesehatan, tapi juga membangkitkan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, sambungnya, perlu adanya pemeliharaan kearifan lokal, baik lokal dalam arti geografis, administratif, maupun lokal dalam arti daring.
“Karena setiap kumpulan atau society memiliki semacam common norm. Norma bersama inilah yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa yang mudah dimengerti masing-masing komunitas. Dan ini akan menjadi sangat efektif untuk mendorong masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan dan pada saat yang sama menggeliatkan lagi aktivitas ekonomi secara paralel,” pungkasnya.
Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A., Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM dan Ganjar Pranowo, Ketua Umum PP KAGAMA menjadi keynote speaker pada webinar Sinergi UGM & KAGAMA 3. Pada kegiatan ini sekaligus merupakan peluncuran Buku Saku Desa Tangguh Covid-19 oleh Dr. Riris Andono Ahmad, M.Ph, Ph.D. Buku ini merupakan paket informasi tentang Covid-19 yang diharapkan dapat memperkaya literasi masyarakat terkait dengan Covid-19.
Webinar kali ini diisi oleh empat narasumber yaitu, Ir. Ardiati Bima yang akan memaparkan Urban Farming & Canthelan sebagai Bentuk Solidaritas Ketahanan Pangan, Dra. Candra Prijosusilo, P.Si, dengan penjelasan terkait dengan Membangun Ketangguhan dengan Berbagi Benih Warisan, Rimawan Pradiptyo, S.E., M.Sc., Ph.D., yang akan menyampaikan mengenai Sonjo: Membangun Sinergi Berbasis Daring di Masa Pandemi, dan yang terakhir adalah Wisnu Budi Ardianto, S.E., yang akan menjelaskan tentang Mewujudkan Masyarakat Siaga Covid-19 melalui Sinergi Kampung-Kampus.
Dimoderatori oleh Rahmawati Husein, Ph.D., webinar ini menggarisbawahi mengenai solidaritas dan juga kearifan lokal di tengah pandemi. Ir. Ardiati Bima menyampaikan tentang program Canthelan dan Urban Farming yang kini telah dilakukan di berbagai provinsi di Indonesia. KAGAMA Canthelan saja hingga saat ini telah dilakukan di 22 provinsi di Indonesia dan Urban Farming telah dilakukan di 14 provinsi. Selain menggerakkan ekonomi lokal, kegiatan ini juga sekaligus bertujuan untuk menstimulasi warga untuk meningkatkan kepekaan sosialnya dan mengedukasi tentang Covid-19.
Dra. Candra Prijosusilo dalam pemaparannya menyampaikan bahwa Covid-19 merupakan sebuah simtom dari kerusakan bumi. Dra. Candra juga menyampaikan terkait bagaimana kita bisa memadukan satu respon terhadap Covid-19 namun sekaligus merajut kembali sustainability bumi melalui pelestarian biodiversity yang tentunya dapat membantu untuk memitigasi perubahan iklim pula salah satunya dengan mengembangkan benih-benih tanaman yang merupakan bahan dasar untuk keperluan sehari-hari.
Rimawan Pradiptyo, S.E., M.Sc., Ph.D., menyampaikan tiga strategi bertahan di masa pandemi, yaitu expect the unexpected: mempertimbangkan dampak terburuk, thinking the unthinkable: memikirkan solusi yang tidak terpikirkan sebelumnya, dan mobilisasi sumber daya untuk mengatasi dampak Covid-19 di daerah/lingkungan kita.
Terakhir Wisnu Budi Ardianto, S.E. memaparkan terkait pentingnya sinergitas kampus dan kampung dalam menghadapi perubahan perilaku melalui adaptasi kebiasaan baru. Menurut Wisnu, jika sinergi antara kampus, kampung, dan diperluas lagi dengan KAGAMA dapat menjadi paduan yang kuat. Adapun lima langkah strategis yang disampaikan Wisnu antara lain, 1) menyiapkan agent of change, 2) sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, 3) pendampingan masa transisi menuju AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru), 4) internalisasi ke masyarakat dan mengumpulkan inisiasi baru sebagai bentuk perubahan perilaku, dan 5) masyarakat menjadi agent of change.
Achmad Munjid, Ph.D., selaku pembahas, menyampaikan bahwa ketangguhan komunitas merupakan hal penting dalam menghadapi wabah. Modal sosial yang dimiliki bangsa Indonesia sangat besar sehingga kita memilik mekanisme untuk saling menopang dan mendukung satu sama lain.
Sinergitas UGM dan KAGAMA diharapkan dapat terus berlanjut dan menghasilkan solusi-solusi yang bisa direkomendasikan ke pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan negeri terutama di tengah krisis seperti sekarang. Para narasumber dalam setiap pemaparannya meng-highlight bahwa setiap perubahan dapat dimulai dari lingkup yang lebih kecil yang nantinya dapat membawa perubahan yang lebih besar. Mengedepankan gotong royong dan kearifan lokal untuk menciptakan perubahan yang berbasis pada lokalitas adalah hal yang harus mulai ditanamkan di masyarakat.
[Hubungan Alumni/Artikel:Winona, Foto: Dave]