Wiwin Indiarti adalah alumnus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Beliau berhasil menyelesaikan pendidikan program studi Sastra Inggris pada 2002. Beliau kemudian kembali melanjutkan pendidikan jenjang pascasarjana dengan mengambil jurusan Pengkajian Amerika dan berhasil lulus pada 2005. Saat ini, Wiwin Indiarti berprofesi sebagai dosen yang mengajar di Universitas PGRI Banyuwangi, Jawa Timur. Pada 2018 hingga 2019, beliau tercatat pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas PGRI Banyuwangi. Selanjutnya pada 2019, Wiwin Indiarti diamanahi untuk menjabat sebagai Sekretaris Badan Penjaminan Mutu Universitas PGRI Banyuwangi hingga saat ini.
Wiwin Indiarti adalah sosok srikandi muda yang giat dalam menggalakan pentingnya rasa bangga dan pelestarian seni kebudayaan yang ada di tanah air kepada generasi muda Indonesia. Kecintaannya pada kebudayaan bangsa terutama budaya suku Osing di Banyuwangi membuat beliau terus menggali potensi seni budaya dan sastra asli masyarakat Osing. Wiwin Indiarti merupakan pelopor pelestarian sastra milik Osing di Banyuwangi dengan menginisiasi bentuk-bentuk baru pola pewarisan budaya kepada kaum muda di Banyuwangi. Pada 2018, beliau menyusun buku berjudul “Lontar Yusup Banyuwangi: Teks Pegon – Transliterasi – Terjemahan” (Penerbit Elmatera, 2018). Keberadaan buku ini sangat penting karena menjadi media ajar bagi para generasi muda yang ingin belajar mocoan (sebuah seni tradisi ritual pelantunan tembang cara Osing). Dahulu, Mocoan Lontar Yusup hanya dilakukan oleh lelaki usia berusia di atas 50 tahun dan mampu membaca aksara pegon. Sementara kaum muda Osing tidak banyak yang tertarik dengan seni tradisi ini. Salah satu faktor utama tidak terkenalnya seni tradisi ini di kalangan anak muda adalah kesulitan dalam membaca aksara pegon. Wiwin Indiarti kemudian menginisiasi pelatihan Mocoan Lontar Yusup yang diikuti oleh para pemuda di Banyuwangi. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Kemudian, terbentuk kelompok seni khusus anak muda yang dinamai Mocoan Lontar Yusup Milenial (MLY Milenial) pada tahun 2018. Berbeda dengan kelompok mocoan yang sudah ada sebelumnya, MLY Milenial terdiri atas kaum muda lintas gender, lintas wilayah (kecamatan dan desa) serta lintas etnis. Keberhasilan Wiwin Indiarti dalam memimpim keberadaan Mocoan Lontar Yusup Milenial di tengah kaum muda, menjadikan Mocoan Lontar Yusup Banyuwangi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional pada tahun 2019.
Selain itu, pada 2019, Wiwin Indiarti dipercaya menjadi Academic Assistant Program digitalisasi naskah kuno Banyuwangi oleh DREAMSEA (Digitization of Manuscripts in South – East Asia). Beliau juga mempelopori kegiatan pelantunan tembang lintas budaya Babad Tawangalun yaitu sebuah pembacaan naskah kuno dalam ragam tembang cara Osing (mocoan), Jawa (macapatan), Madura (mamaca) dan Bali (mabasa). Beliau juga aktif mempelopori model pewarisan makanan ritual Osing kepada kaum muda di Banyuwangi melalui pelatihan olah makanan ritual Osing dan menulis buku berjudul Olah Rasa Ujung Timur Jawa: Makanan Ritual dalam Kebudayaan Osing yang dipublikasikan pada 2019.
Di sela – sela aktivitasnya sebagai seorang akademisi dan penggiat budaya, Wiwin Indiarti juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan di masyarakat. Beliau tercatat sebagai Sekretaris di Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Pengurus Daerah Osing (AMAN- PD OSING) yang bertujuan untuk mengawal keberlangsungan adat dan tradisi Osing di Banyuwangi.
Berkat dedikasi tinggi dan upayanya dalam preservasi budaya bangsa, surat kabar harian Kompas edisi 10 Januari 2020 mengangkat kiprah Wiwin Indiarti dalam rubrik “Sosok” sebagai Pengabdi Budaya Osing Dan Figur Di Balik Mocoan Osing. Pada 2020, dalam acara Malam Insan Berprestasi Universitas Gadjah Mada, Wiwin Indiarti berhasil meraih penghargaan UGM Alumni Awards 2020 kategori Pelopor Pelestarian Kebudayaan, atas kontibusi nyatanya dalam menjaga dam melesatarikan budaya asli Indonesia.