Sinergi UGM dan KAGAMA pada Pembekalan Wisuda Program Sarjana dan Diploma Periode November disambut antusias oleh para calon wisudawan. Sebanyak lebih dari 950 peserta bergabung dalam webinar yang diselenggarakan pada Rabu, (18/11) melalui Zoom Meeting Room dan siaran langsung melalui Youtube.
AAGN Ari Dwipayana, Sekjen PP KAGAMA, dalam sambutannya menyampaikan bahwa calon wisudawan akan menjadi bagian dari KAGAMA. KAGAMA memiliki moto yaitu gayeng, guyub rukun, dan migunani yang nantinya diharapkan dapat terus diterapkan setelah lepas dari universitas.
“Kita perlu memegang teguh nilai-nilai KAGAMA, yang saya rumuskan dalam 5B. Pertama adalah belajar. Setelah lulus dari UGM pun Anda harus tetap belajar. Yang kedua adalah Anda harus terus berprestasi. Ketiga, berakar. Anda harus punya jiwa kerakyatan, jiwa kebangsaan yang merupakan nilai-nilai yang kita warisi dari UGM. Yang keempat adalah bersatu, dimana pun harus memegang teguh persatuan, bukan hanya persatuan di dalam alumni tetapi juga persatuan dan kesatuan bangsa. Yang kelima adalah Anda jangan lupa berbagi. Berbagi ilmu pengetahuan yang Anda miliki dan berbagi apapun yang Anda miliki kepada orang lain. Terakhir juga jangan lupa untuk memegang teguh integritas karena berintegritas adalah ciri penting yang kita miliki di UGM,” ungkapnya.
Sambutan dilanjutkan oleh Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc., Direktur Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional UGM. Beliau menyampaikan bahwa saat ini kita sedang menghadapi dunia yang penuh ketidakpastian dan para calon wisudawan sudah bisa mengantisipasinya dengan bekal ilmu yang telah didapatkan selama di bangku kuliah.
“Satu hal bagi calon wisudawan, alumni UGM dikenal sebagai alumni yang humble, menjaga integritas, dan menjunjung tinggi budaya bangsa karena UGM itu mengakar kuat, menjulang tinggi. Alumni UGM tidak hanya memberi manfaat bagi diri sendiri tapi juga masyarakat luas,” ujarnya dihadapan calon wisudawan.
Setelah sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Anwar Sanusi, Ph.D. Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia dan Ir. Bernadus Wisnu Widjaja, Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta dimoderatori oleh Kurnia Yohana Yulianti, S.Psi., M.Sc., dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
“Kesuksesan tidak pernah salah alamat. Kesuksesan tidak pernah selalu jatuh dari langit, itu harus kita gapai, harus kita perjuangkan dengan segenap apa yang kita miliki,” kata Anwar Sanusi sebelum memberikan materi. Kegigihan dan daya juang yang tinggi juga merupakan faktor penentu dalam meraih cita-cita.
Dalam paparannya, Anwar Sanusi memaparkan terkait gambaran ketenagakerjaan di Indonesia yang berjumlah 138,22 juta. Selama pandemi, jumlah pengangguran meningkat dari 5% menjadi 7,07% dan disebut sebagai pengangguran terbuka. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia kembali merancang kebijakan untuk tenaga kerja.
“Di Indonesia, tantangan produktivitas kita masih rendah, jumlah kita banyak, daya saing juga sudah mulai membaik, instrumen lain sudah membaik, namun produktivitas masih belum maksimal,” kata alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini.
Banyak tantangan dan peluang ketenagakerjaan yang akan dihadapi oleh para calon wisudawan, seperti adanya bonus demografi, teknologi 4.0 yang nanti akan semakin pesat, dan sebagainya. Hal ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kemajuan bangsa dan negara.
Senada dengan hal tersebut, Ir. Bernadus Wisnu WIdjaja menyampaikan bahwa banyak potensi yang bisa digarap pada kondisi dan situasi sekarang. Seperti halnya Indonesia yang kaya akan sumber daya alam sekaligus kaya akan fenomena alam.
Wisnu, begitu disapa, juga memberikan pesan kepada calon wisudawan yang pernah didapatkan dari seniornya yaitu ““jangan besar karena organisasi, tetapi organisasi besar karena kamu” dan “apa yang kamu inginkan belum tentu yang terbaik untukmu”.
Beliau juga menyoroti pendidikan di Indonesia dan mengutip kembali sebuah cerita dari professor yang diundang khusus oleh presiden untuk mengisi sebuah acara.
“Disebutkan bahwa dulu di Amerika metode teaching class itu menganggap dosen dan guru adalah dewa. Kemudian akhirnya mengubah haluan dengan menyuruh mahasiswanya turun ke lapangan untuk mencari dan melihat masalah yang ada, lalu mencari solusinya. Kemudian mendiskusikan solusi tersebut di kelas sehingga tidak hanya menggunakan satu bidang ilmu tetapi ilmu yang interdisipliner. Hal ini bisa kita terapkan di Indonesia,” jelas alumnus Fakultas Teknik ini.
Dari cerita tersebut, Wisnu melihat banyak wadah bagi para mahasiswa ataupun alumni untuk turun langsung ke lapangan dan menggunakan ilmu yang telah didapatkan lalu kemudian memberikan solusi yang efektif dan efisien.
Seperti yang disampaikan sebelumnya, kata Wisnu, Indonesia memiliki angkatan kerja yang besar, namun sebagian besar memiliki tingkat pendidikan rendah dan kurang memiliki keterampilan sehingga penting diadakan pelatihan khusus keterampilan dari industri.
Pembekalan ini diharapkan dapat menjadi gambaran luas mengenai dunia ketenagakerjaan bagi para calon wisudawan dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dan peluang. Alumni UGM harus bermanfaat baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, juga bagi bangsa dan negara. [Hubungan Alumni/Artikel:Winona;Foto:Dave]