Webinar Sinergi UGM dan KAGAMA bertajuk “Erupsi Merapi, Apa yang Bisa Kita Lakukan?” digelar pada Minggu, (29/11) melalui Zoom Meeting Room. Kegiatan ini bertujuan untuk mendiskusikan kondisi gunung berapi untuk saat ini terutama potensi erupsi dan potential hazard-nya. Sekaligus pula mendiskusikan yang dapat dilakukan oleh alumni UGM dalam tanggap bencana gunung Merapi dan mitigasinya.
Turut hadir Anwar Sanusi, Ph.D., Waketum 2 PP KAGAMA, dan Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M., Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM untuk memberikan sambutan. Seperti yang diketahui, erupsi Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi dalam siklus 4 tahunan. Oleh karena itu, UGM dan KAGAMA terus mencari kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan untuk merespon perkembangan erupsi Merapi.
“Sangat mengagumkan setiap terjadi bencana alam, KAGAMA berkolaborasi dengan UGM sudah ada di sana dalam waktu yang sangat dini sehingga kolaborasi dengan masyarakat dan pemerintah setempat bisa segera dilakukan,” ujar Prof. Paripurna dalam sambutannya.
Anwar Sanusi, Ph.D. menyampaikan bahwa erupsi Merapi merupakan peristiwa alami yang harus disikapi dengan cepat dan tepat. Misalnya, terkait dengan kesiapsiagaan, penyakit tropis, gejala yang berhubungan dengan geologi dan teknik kebencanaan. Anwar mengatakan bahwa UGM selalu menyentuh semua isu-isu masyarakat, oleh karena itu webinar ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada.
Ganjar Pranowo, keynote speaker webinar kali ini yang sekaligus merupakan Ketua Umum PP KAGAMA dan Gubernur Jawa Tengah berharap webinar ini dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau ide dalam merespon erupsi Merapi. Melalui sinergi UGM dan KAGAMA, perlu adanya peningkatan terkait mitigasi bencana dari aspek sosial seperti peningkatan kesadaran bagi masyarakat agar mereka mengerti dan siap untuk menghadapi bencana.
Webinar ini menghadirkan 4 narasumber yaitu Dr. Hanik Humaida, M.Sc., Lilik Kurniawan, ST, M.Si., Dr. Ir. Agung Harijoko, S.T., M.Eng., IPM., dan dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D.. Webinar ini dipandu oleh Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc., yang juga merupakan Direktur Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional UGM.
Dr. Hanik Humaida dalam paparannya menyampaikan bahwa walaupun untuk pemantauan Merapi sudah memiliki banyak peralatan, tetap diadakan upaya kesiapsiagaan yang dilakukan pada status siaga satu, seperti koordinasi dan penyebaran informasi dengan masyarakat serta pemerintah hingga asesmen bahaya yang terus di-update. Dr. Hanik juga menyampaikan agar masyarakat selalu mengikuti arahan pemerintah setempat dan tidak terpengaruh dengan berita-berita yang tidak jelas sumbernya.
Selanjutnya disampaikan oleh Dr. Ir. Agung Harijoko, S.T., M.Eng., IPM., Kepala Pusat Studi Bencana Alam UGM dan juga merupakan salah satu pakar geologi UGM. Dalam paparannya beliau menyampaikan bahwa banyak pembelajaran dari berbagai sumber baik itu sejarah maupun geologi mengenai Merapi yang dapat diaplikasikan untuk mengurangi resiko saat terjadi erupsi. Kita juga harus melakukan usaha-usaha mitigasi untuk pengurangan resiko seperti memahami jenis bahayanya dan ada perencanaan pembangunan dengan memperhatikan kebencanaan. Hal ini dapat dilakukan dengan studi sejarah erupsi Merapi. Dengan memahami sejarahnya, maka pemetaan daerah mana saja yang kemungkinan terdampak letusan Gunung Merapi dapat dilakukan.
Pemaparan ketiga disampaikan oleh Lilik Kurniawan, ST, M.Si., Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB. Lilik menunjukkan ancaman bencana di tahun 2020, yaitu erupsi Merapi, Covid-19, dan banjir lahar dingin dikarenakan fenomena La Nina. Adapun strategi penanganan erupsi Merapi terbagi menjadi tiga yaitu sebelum erupsi, saat erupsi, dan pasca erupsi. Saat ini telah dilakukan upaya penanganan pada fase sebelum erupsi meliputi pencegahan dan mitigasi. Mitigasi terbagi menjadi dua yaitu mitigasi struktural yang berkaitan dengan tempat beraktivitas masyarakat dan mitigasi non struktural yang lebih banyak berkaitan dengan penguatan kapasistas. Lilik berharap UGM dan KAGAMA dapat berperan membantu masyarakat sekitar Merapi karena kita semua punya peran di dalamnya.
Narasumber terakhir pada webinar ini adalah dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D., Direktur Kesehatan Tropis UGM. dr. Doni, kerap disapa, mengungkapkan bahwa penanganan bencana harus tetap dilakukan dengan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. dr. Doni mengungkapkan perlu adanya pengembangan SOP untuk mengatur manajemen pengungsian mengingat tempat pengungsian sangat rawan penyebaran virus dikarenakan mobilitas relawan yang keluar masuk daerah bencana. dr. Doni berharap fasilitas isolasi publik dan isolasi di rumah sakit diperbanyak sebagai upaya pencegahan pad titik rawan bencana.
Sinergi UGM dan KAGAMA kali ini sebagai bentuk kepedulian UGM terhadap masyarakat dengan mencari strategi untuk pencegahan, mitigasi bencana, hingga meningkatkan kesadaran sosial untuk mengurangi resiko bencana.
[Hubungan Alumni/Artikel:Winona,Foto:Dave]