Melalui Direktorat Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional UGM, Sinergi UGM dan KAGAMA kembali digelar dalam kegiatan Pembekalan Calon Wisudawan Program Sarjana dan Diploma Periode Agustus 2021. Kegiatan ini diselenggarakan pada Kamis, (12/8) melalui Zoom Meeting Room dan siaran langsung via YouTube.
Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum, LL.M., Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM dalam sambutannya menyampaikan bahwa jati diri UGM akan selalu melekat pada setiap lulusannya karena alumni UGM lahir untuk membangun bangsa, negara, dan kemanusiaan. UGM membesarkan alumni yang nantinya akan menjunjung tinggi Pancasila dan akan selalu berpihak pada masyarakat banyak serta kaum yang termarjinalkan. Turut hadir pula Dr. AAGN Aridwipayana, S.IP., M.Si., Sekretaris Jenderal PP KAGAMA, yang menyampaikan ucapan selamat untuk lebih dari 2.835 calon wisudawan.
“Ini merupakan satu tantangan baru karena lulus di era pandemi yang mengharuskan kita dapat mencari cara yang lebih kreatif dan inovatif dalam menentukan masa depan,” ujarnya.
Ari, demikian disapa, juga mengatakan bahwa di era disrupsi ini kita membutuhkan kelincahan, kelenturan, dan adaptasi untuk menghadapinya. Adaptif dalam setiap kondisi menjadi bekal untuk menjalani dunia kerja yang selalu berubah secara dinamis kedepannya.
Kegiatan ini dipandu oleh Dyah Savitri Pritadjarati, S.E., M.Sc., M.Phil., yang merupakan Ph.D. student at Australian National University, kegiatan pembekalan kali ini diisi oleh Wyncent Halim, S.H., Associate in AHP Law (Assegaf Hamzah & Partners), Dr. Ing. Hutomo Suryo Wasisto, S.T., M.Eng., Research Group Leader Laboratory for Emerging Nanometrology (LENA) dan Institute of Semiconductor Technology (IHT) di Technische Universitat Braunschweig, dan Muhammad Rifky Wicaksono, S.H., MJur (Dist.), LL.M., dosen Fakultas Hukum UGM.
Dr. Ing. Hutomo Suryo Wasisto, S.T., M.Eng. atau biasa dipanggil Ito, merupakan alumnus Fakultas Teknik dan menjadi salah satu lulusan terbaik di fakultas tersebut. Ito membagikan pengalamannya mulai dari kuliah di UGM hingga kini menimba ilmu dan berkiprah di Jerman. Dalam perjalanan karier dan studinya, Ia mengatakan bahwa tidak ada yang pernah tahu turning point seseorang jika Ia tidak mencoba semua kesempatan. Mulanya, Ito bercita-cita masuk Fakultas Kedokteran, namun ketika pengumuman, Ito ternyata masuk dalam lingkungan Fakultas Teknik.
“Ketika masuk ke suatu lingkungan, kita harus konsisten, dan dengan apa yang kita punya, kita harus do the best di situ,” ujarnya.
Muhammad Rifky Wicaksono, S.H., MJur (Dist.), LL.M., yang merupakan alumnus Fakultas Hukum UGM ini telah menyelesaikan studinya pada dua universitas terbaik dunia, yaitu Harvard University dan Oxford University. Rifky, kerap disapa, mengatakan sebelumnya tidak terpikirkan menjadi seorang dosen di fakultas tempat Ia pernah menimba ilmu. Terinsiprasi dari mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Rifky pun pernah bercita-cita menjadi seorang diplomat. Namun, lagi-lagi seiring perjalanan waktu, Rifky menemukan passion-nya yaitu membagikan ilmunya.
“Setelah menemukan passion, saya kemudian memikirkan purpose-nya. Purpose saya yaitu mencetak lawyer yang mereka nanti berkualitas, kompeten, dan berintegritas,” ungkapnya.
Sama-sama dari Fakultas Hukum, Wyncent Halim, S.H., menjadi salah satu alumni terbaik yang membagikan bahwa kita harus terus menanyakan kepada diri sendiri tentang segala hal agar bisa menentukan langkah selanjutnya yang akan diambil. Wyncent mengatakan kita harus mencoba segala hal dan mencoba kesempatan apapun yang datang. Berkiprah di AHP Law, kini Wyncent akan melanjutkan studinya di Cambridge University. Senada dengan Rifky, Wyncent menyampaikan semua orang bisa sukses dengan integritas yang Ia miliki.
Kesuksesan dari ketiga alumnus ini tentunya melalui banyak lika-liku yang tidak mudah, salah satunya adalah menemu kegagalan. Ito menganggap kegagalan itu adalah bagian dari kesuksesan. Kegagalan baginya akan memberikan hint untuk menuju sesuatu yang lebih besar. Sama dengan Rifky yang sempat viral diberitakan hampir tidak lulus SMA, tapi kini dari kegagalan itu Ia belajar untuk memahami kekurangan dan belajar untuk mau berjuang.
“Musuh sebenarnya bukan kegagalan, melainkan ketakutan terhadap kegagalan sehingga membuat kita takut untuk melangkah,” katanya.
Wyncent sendiri menggap kegagalan itu manusiawi. Baginya, kegagalan seperti blessing in disguise.
“Gagal itu wajar. Kita hanya perlu untuk acknowledge dan melihat bahwa ada blessing atau berkah di dalamnya,” ungkap alumnus yang banyak mengikuti kompetisi ini.
Kegiatan pembekalan kali ini banyak membuka ruang diskusi bagi peserta dan narasumber. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan terutama terkait kiat-kiat para narasumber dapat bertahan dan tetap dapat berkontribusi bagi bangsa meskipun di tengah pandemi seperti ini. Selain integritas, hal lain yang tidak kalah penting adalah dengan memiliki mentor. Peran mentor, bagi para narasumber, sangat penting dalam mendongkrak kesuksesan.
Banyak pengalaman maupun pesan yang disampaikan kepada calon wisudawan untuk bekal baik dalam mencari pekerjaan maupun dalam menentukan langkah selanjutnya setelah lulus dari perguruan tinggi. Harapannya para calon wisudawan dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dan dapat mempersiapkan diri untuk terjun di masyarakat setelah wisuda nanti.
[Hubungan Alumni/Artikel:Winona,Foto:Anas]