Sinergi UGM dan KAGAMA digelar pada kegiatan Pembekalan Calon Wisudawan Program Pascasarjana Periode Oktober 2021. Acara yang dilangsungkan pada Kamis, (14/10) melalui Zoom Meeting Room dan siaran langsung YouTube ini dihadiri lebih dari 1.000 peserta.
Kali ini, kegiatan diisi oleh Dr. Raditya Jati, S.Si., M.Si., Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB dan Ir. Budi Basuki, M.M., COO Power & Mining MedcoEnergi serta dipandu oleh Wirastuti Widyatmanti, S.Si., Ph.D.
“UGM dilahirkan tidak untuk mendirikan atau menyelenggarakan pendidikan, tetapi menciptakan calon-calon pemimpin bangsa yang akan membuat bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki daya saing global dan mampu berkiprah untuk negara dan kemanusiaan,” ujar Prof. Dr. Paripurna S.H., M.Hum., LL.M., Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni dalam sambutannya sekaligus membuka acara pada pagi ini.
Sambutan juga disampaikan oleh Anak Agung Gede Putra, S.I.P., M.M., yang merupakan Ketua Bidang VI PP KAGAMA. Beliau menyampaikan bahwa para calon wisudawan akan secara resmi menyandang status KAGAMA, berarti seperti sejatinya KAGAMA selama ini, para calon wisudawan akan terus membawa kekhasan UGM dengan fondasi-fondasi sebagai lulusan kampus kerakyatatan dan akan selalu mengambil peran di tengah masyarakat untuk membangun bangsa.
Paparan diawali dengan presentasi mengenai “Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Bencana” yang disampaikan oleh Raditya Jati. Raditya mengatakan Indonesia berada pada tiga lempeng tektonik yang aktif. Hal ini menyebabkan seluruh kota di Indonesia rawan bencana dengan 12 jenis bencana. Pada tahun 2021 saja telah terjadi 1.999 total bencana.
Raditya juga memaparkan bagaimana peran perguruan tinggi dalam upaya penanggulangan bencana, salah satunya membuat analisis pasca kejadian bencana. Ada pula peran mahasiswa, lanjutnya, dalam pengurangan risiko bencana, di antaranya menjadi agent of change yaitu mmendorong perubahan karakter masyarakat untuk sadar, peduli, dan tanggap terhadap bencana di wilayahnya. Kemudian ada social control atau berusaha mengontrol perilaku masyarakat yang membahayakan lingkungan. Ketiga yaitu iron stock, maksudnya adalah mahasiswa dapat meneruskan upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam mengurangi risiko bencana dengan cara meningkatkan pemahaman mengenai risiko bencana. Terakhir yaitu memperkuat moral dan tingkat kepedulian masyarakat dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim.
“Pesan saya sebagai KAGAMA, pemahaman risiko menjadi penting sebagai dasar kesadaran kolektif untuk masyarakat. Saya rasa integritas kita, tanggung jawab kita sebagai warga negara yang baik, kita bisa menyampaikan hal tersebut kepada masyarakat. Satu lagi, tetaplah menjadi pribadi diri yang baik untuk bangsa dan negara,” ungkapnya.
Selanjutnya paparan disampaikan oleh Budi Basuki yang memulai presentasinya dengan menghimbau kepada calon wisudawan untuk menjadikan pekerjaan sebagai hobi. Seperti halnya Budi yang sudah lama berkutat di power and mining. Bekerja di bidang yang sekaligus merupakan hobinya membuat Budi berkembang dengan maksimal hingga akhirnya kini menjabat sebagai Chief Operating Officer di MedcoEnergi.
Budi menyampaikan terdapat empat kebutuhan yang harus dipenuhi ketika bekerja yaitu fisik, emosional/sosial, mental, dan spiritual. Kehidupan bekerja pun, bagi Budi berbeda dari zaman dulu dan sekarang. Misalnya sekarang lebih fleksibel karena kita dapat bekerja sesuai dengan kemahiran kita sedangkan dulu lebih banyak pekerjaan dilakukan berdasarkan perintah.
“Orang bisa berkarier sukses secara jangka panjang kalau kita bisa bersenang-senang, bekerja dengan penuh nikmat, menghasilkan prestasi yang luar biasa di tengah keterbatasan,” ujar lulusan dari Teknik Mesin ini.
Jika ingin menjadi profesional, ungkap Budi, kita harus bermanfaat bagi yang lain. Baginya, hanya orang yang memiliki kekuatan, track record, dan prestasi yang baiklah yang memiliki bargaining power tertinggi. Kita harus memiliki keberanian untuk terus bermanfaat bagi orang di sekitar. Dalam bekerja, Budi juga mengatakan bahwa kita harus be meaningful, be yourself, be assertive, be here, dan be better agar dapat mencapai puncak karier.
“Apa pun yang terjadi kita harus ulet. Jangan pantang menyerah. Lalu ketiga ada aspek spiritual yaitu bersyukur, sabat, dan ikhlas,” pungkasnya.
Pembekalan kali ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi para calon wisudawan dalam menghadapi dunia setelah lulus. Tidak hanya perihal karier, namun ada hal lain yang perlu dipertimbangkan agar kehidupan bekerja dan kehidupan sehari-hari dapat berjalan seimbang. Melalui kegiatan ini pula diharapkan para calon wisudawan dapat membekali diri dalam bermasyarakat di masa kini dan nanti.
[Hubungan Alumni/Artikel:Winona, Foto:Anas]