Menilik perkembangan demokrasi di Indonesia, UGM dan KAGAMA bersinergi dalam kegiatan Seminar Nasional “Menuju Demokrasi Berkualitas: Tantangan dan Agenda Aksi” pada Sabtu, (27/08) di Balai Senat Universitas Gadjah Mada dan dihadiri oleh lebih dari 100 alumni UGM serta masyarakat umum. Kegiatan ini bertujuan untuk memetakan kerentanan dan tantangan yang menghasilkan rekomendasi dan agenda strategis guna meningkatkan kualitas demokrasi.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Sp.OG(K)., Ph.D., menyambut baik penyelenggaraan seminar nasional hari ini. Dalam sambutannya, Prof. Ova mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kolaborasi yang baik antara KAGAMA dan UGM untuk mengupayakan demokrasi yang berkualitas bagi Indonesia mengingat demokrasi lekat dengan tantangan yang nyata.
“Harapannya semoga kegiatan ini menjadi upaya bersama untuk membangun demokrasi yang berkualitas yang dapat memenuhi harkat dan martabat masyarakat Indonesia,” katanya.
Turut hadir pula Wakil Ketua Umum I PP KAGAMA sekaligus Menteri Perhubungan RI, Dr. (H.C). Ir. Budi Karya Sumadi. Budi menyampaikan seminar nasional ini merupakan satu kegiatan yang padu sekaligus bentuk partisipasi UGM dan KAGAMA sebagai bagian dari bangsa Indonesia untuk memahami tentang esensi dari demokrasi. Budi juga mengatakan kita perlu mewujudkan demokrasi dengan membangun budaya demokrasi yang inklusif karena sejatinya kualitas demokrasi dilihat dari sejauh mana masyarakat terbilang aktif dalam tata kelola pemerintahan dan pembangunan.
“Kita yakin bahwa sekecil apapun yang kita lakukan dapat menjadi bagian dari kita berkontribusi bagi bangsa oleh KAGAMA,” tuturnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan simbolisasi pemukulan gong sebagai penanda dibukanya kegiatan pada hari ini. Dilanjutkan dengan pidato kunci yang disampaikan oleh Ketua Dewan Pakar KAGAMA sekaligus Menko Polhukam, Prof. Dr. H. Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P. Dalam pidatonya, Prof. Mahfud menyampaikan demokrasi tidak akan pernah ada tanpa demokratisasi.
“Demokrasi kita sekarang berjalan dengan kemajuan-kemajuan yang signifikan tetapi juga ada kemunduran sehingga menghasilkan demokrasi tidak substantif,” jelasnya.
Prof. Mahfud berharap dari diskusi yang dilangsungkan hari ini akan membawa solusi ke depannya untuk demokrasi di Indonesia.
Pada kesempatan ini, kegiatan dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diisi empat narasumber. Dimoderatori oleh Dekan FISPOL, Wawan Mas’udi, S.I.P, M.P.A., Ph.D., paparan pertama disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi yang membahas mengenai perkembangan demokrasi di dunia dan Indonesia dilihar dari perspektif beliau sebagai diplomat. Saat ini, demokrasi secara global menghadapi tantangan yang sangat besar karena ada sebuah stagnansi demokrasi bahkan penurunan. Di Indonesia, ada substansi dari demokrasi masih bisa membantu Indonesia untuk bertahan selama krisis.
“Demokrasi ini menjadi aset yang luar biasa bagi politik luar negeri. Yang ingin kita kembangkan adalah bagaimana kita berbicara demokrasi dengan cara tanpa memalukan. Karena cara terbaik mempromosikan demokrasi adalah dengan cara-cara demokratis,” jelasnya.
Bangsa Indonesia memilih demokrasi karena menghindari akibat-akibat yang buruk dari sebuah keberagaman bangsa. Seperti yang disampaikan Ketua Umum PBNU, K.H. Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya ini, mengatakan tidak dipungkiri bahwa dalam sebuah keberagaman akan muncul konflik, salah satunya konflik agama. Demokrasi dibutuhkan untuk menjembatani keberagaman yang ada. Bahkan seharusnya agama bisa menjadi bagian dari solusi.
“Demokrasi bukan cuma tujuan, tapi sarana menuju tujuan itu sendiri,” katanya.
Tantangan demokrasi sangat besar bahkan tantangan untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi itu sendiri.
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta., Prof. Dr. M. Amin Abdullah juga turut memberikan pandangannya mengenai demokrasi substansial dan demokrasi prosedural. Di sini peran perguruan tinggi dan semua institusi pendidikan lainnya menjadi sangat penting dalam mengembangkan demokrasi ber-keadaban.
Sejatinya demokrasi bukan sekedar tatanan namun juga peradaban. Di masa demokrasi dikuasai oleh penguasa, perlu adanya mitigasi untuk memperjuangkan rakyat agar dapat mengembalikan demokrasi yang berbasiskan kedaulatan rakyat. Hal ini disampaikan oleh Peneliti Senior CSIS, Prof. Dr. J. Kristiadi. Beliau melihat dewasa ini penguasa tidak hanya memonopoli kekuasaan tapi juga kebenaran. Maka dari itu dibutuhkan sososk-sosok yang memeiliki kepekaan wawasan dalam menyelesaikan persoalan yang ada di dalam masyarakat.
Pada sesi kedua, paparan diawali oleh Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM, Ahmad Munjid, Ph.D. yang membagikan materi mengenai identitas dan kebangsaan di dalam demokrasi di Indonesia. Dilanjutkan oleh Dosen FEB UGM, Rimawan Pradiptyo, S.E., M.Sc., Ph.D., dengan materi tentang tantangan dan peluang dalam demokrasi dan kesejahteraan. Senada dengan paparan sebelumnya, politik identitas serta demokrasi yang dikuasai oleh penguasa masih menjadi tantangan yang besar. Bagaimana kemudian harus mengembalikan makna demokrasi yang dapat menyejahterakan masyarakat.
Turut hadir pula Tenaga Ahli Utama, Kantor Staf Presiden, Prof. Hj. Siti Ruhaini Dzuhayatin, M.A., yang bercerita bagaimana korelasi antara HAM, keadilan gender, dan demokrasi di mana ketiga hal ini masih belum menemukan keadilan dan kesetaraan yang sama. Paparan terakhir disampaikan oleh Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si. Beliau mengangkat topik mengenai kualitas demokrasi dan bagaimana partisipasi masyarakat sipil dalam mewujudkan demokrasi yang seutuhnya. Sesi kedua ini dimoderatori oleh Ketua Program Studi Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM, Dr.rer.pol. Mada Sukmajati, S.I.P., M.P.P.
Kegiatan ini merupakan bentuk kontribusi UGM dan KAGAMA dalam mewujudkan demokrasi di Indonesia. Harapannya hasil dari seminar ini dapat membantu perumusan kebijakan yang akan disampaikan ke pemangku kepentingan serta menjadi informasi bagi masyarakat agar lebih paham dengan asas demokrasi.
[Hubungan Alumni/Artikel:Winona,Foto:Rosyid]