Kecintaan pada budaya wayang kulit sejak kecil membuat Dedek Abadi Mawasdiri terus menekuninya, walaupun hal tersebut bertolak belakang dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaannya. Alumnus Fakultas Teknik UGM ini berprofesi sebagai petroleum engineer di bidang industri minyak dan gas dengan pengalaman kerja yang lebih dari 20 tahun. Ia beberapa kali berpindah tempat tugas ke luar negeri. Di sela pekerjaannya, ia juga fokus mengkampanyekan wayang di lingkungan kerja dan tempat tinggalnya. Bagi Dedek, komitmennya dalam melestarikan budaya wayang merupakan hal yang membuatnya bahagia meskipun ia harus mengorbankan waktu, tenaga, dan dana. Ia bangga ketika melihat kaum profesional industri dan akademisi di luar negeri mulai mengenal dan mengapresiasi wayang sebagai produk seni budaya asli Indonesia yang menggabungkan seni cerita, seni drama, seni suara, seni kriya (tatah sungging wayang kulit, seni gamelan, seni tari, dan seni panggung.
Hingga saat ini, Dedek telah berkontribusi pada kesenian wayang dalam gelaran pakeliran wayang sebagai dalang. Tahun 2009 dan 2010, ia menjadi inisiator dan motor penggerak karyawan di PT Chevron Pacific Indonesia untuk menggelar pertunjukan wayang kulit di Duri, Riau. Sepanjang pertunjukan dia menerjemahkan dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kemudian pada tahun 2011 ketika ia masih bekerja di Petroleum Development of Oman (PDO) dalam rangkaian acara Indonesia Festival yang diadakan KBRI dan masyarakat Indonesia di Oman, ia kembali tampil sebagai dalang dengan perlengkapan seadanya. Ketertarikannya pada wayang juga membuatnya semangat untuk memperkenalkan wayang kepada murid-murid di PDO International School di Muscat, Oman. Atas kepeloporan, komitmen, dan kontribusinya melestasikan budaya, khususnya pada seni pertunjukan wayang di dalam dan luar negeri, Universitas Gadjah Mada memberinya penghargaan sebagai Pelopor Pelestari Kebudayaan pada rangkaian acara UGM Alumni Awards tahun 2022.