Budaya Sehat Jamu atau Jamu Wellness Culture telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO, menjadikan Jamu sebagai WBTb Indonesia ke-13 yang berhasil dimasukan ke dalam daftar WBTb UNESCO. Budaya Sehat Jamu meliputi keterampilan tradisional dan nilai-nilai budaya yang terkait dengan obat-obatan alami tradisional yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah, serta metode pengobatan tradisional yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dengan meningkatkan kekebalan tubuh.
Rosita Y. Suwardi selaku anggota KAGAMA dan pendiri Kinarya Anak Bangsa mengaku merasa senang atas diakuinya jamu oleh UNESCO. “Kami senang, Budaya Sehat Jamu masuk dalam Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO, oleh karena itu diadakan Perjamuan Rempah ini untuk meningkatkan awareness dalam penggunaan rempah,” ujar Rosita, pada Sabtu (9/12/23).
Perjamuan Rempah dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran penggunaan rempah-rempah dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Kegiatan ini melibatkan berbagai unsur seni dan budaya serta para pengolah rempah untuk membangun ekosistem Jamuan Minum Rempah di seluruh Indonesia.
“Dengan kreasi budaya Jamuan Minum Rempah ini, diharapkan potensi rempah unggulan setiap wilayah di seluruh Nusantara tergali dan digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Rosita.
Rosita berharap, setelah acara ini rempah seduh bisa menjadi minuman sehari-hari masyarakat, selain kopi dan teh, serta menjadi minuman saat coffee break. Hotel, restoran, dan kafe di Indonesia pun diharapkan semakin banyak memakai rempah seduh ini ke dalam menu minuman mereka yang akan membantu terwujudnya SDG tentang gaya hidup sehat.
Pengakuan Budaya Sehat Jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO menunjukkan upaya melestarikan kearifan lokal Indonesia. Praktik penggunaan jamu dan rempah-rempah tradisional dapat berkontribusi pada gaya hidup sehat yang berkelanjutan, dengan meningkatkan kesadaran dan praktik gaya hidup sehat melalui penggunaan jamu dan rempah-rempah tradisional yang mendukung pencapaian SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan). Inisiatif seperti “Perjamuan Rempah” juga memiliki potensi untuk mendorong pola konsumsi pangan yang lebih berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada produk sintetis, dan mengembangkan rantai nilai yang lebih ramah lingkungan, sehingga mendukung pencapaian SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab). Dengan dukungan berbagai pihak, Budaya Sehat Jamu dapat memberikan manfaat kesehatan yang diakui secara global serta mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
[Kantor Alumni: Syahrul, Foto: Djoko Waluyo, Harian Terbit]