Erwan Widyarto, seorang mantan jurnalis dan pendiri Bank Sampah Griya SapuLidi, membuat gebrakan dalam pengelolaan sampah di kawasan perumahannya di Sidoarum Godean. Keberhasilannya dalam mengelola sampah berawal dari keprihatinannya terhadap timbunan sampah yang menggunung di lingkungan tempat tinggalnya, RW 26 Perum Gumuk Indah.
Griya SapuLidi (GSL), yang didirikan pada tahun 2007, awalnya mengalami masa-masa sulit dan bahkan sempat mati suri pada tahun 2008. Namun, setelah dilakukan evaluasi internal, GSL kembali bangkit pada tahun 2009 dan berkembang pesat. Hal ini menjadikan GSL sebagai salah satu contoh terbaik pengelolaan sampah berbasis komunitas di Yogyakarta pada tahun 2011. Dengan pendekatan yang fokus pada pengurangan, pemilahan, dan daur ulang sampah, GSL telah menjadi agen penyebar praktik pengelolaan sampah yang efektif hingga ke berbagai wilayah di tanah air.
Erwan, yang sejak tahun 2014 juga menjabat sebagai Ketua Seksi Lingkungan RW 26 dan fasilitator di Yogyakarta Green & Clean, telah aktif dalam berbagai peran yang mendukung pengelolaan sampah. Kiprahnya mencakup jabatan-jabatan seperti Ketua 1 Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) DIY, Sekretaris Paguyuban Bank Sampah DIY, dan Sekretaris Perkumpulan Yogyakarta Green & Clean. Ia juga sering menjadi pemateri dalam seminar dan pelatihan terkait pengelolaan lingkungan.
Dalam pengembangan lebih lanjut, GSL tidak hanya memberikan pelatihan tentang keterampilan dan kreativitas daur ulang sampah, tetapi juga aktif dalam pameran dan festival untuk mempromosikan kegiatan serta produk-produk daur ulang yang dihasilkan. GSL juga membuka kesempatan bagi pengunjung dari dalam dan luar negeri untuk belajar tentang pengelolaan sampah dan menjalin kemitraan.
Sebagai bagian dari Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) Kabupaten Sleman dan JPSM Daerah Istimewa Yogyakarta, serta anggota Perkumpulan Yogyakarta Green and Clean (YGC), GSL terus berkomitmen untuk menyebarluaskan praktik pengelolaan sampah yang efektif.
“Sampah harus dipilah antara organik dan anorganik. Yang organik dapat dikomposkan, sedangkan anorganik bisa dijual atau didaur ulang. Jangan semua (sampah) dicampur dan dikirim ke TPA, karena TPA hanya untuk sampah residu.” jelas Erwan.
Dengan dedikasinya, Erwan Widyarto dan Griya SapuLidi terus berupaya membuat perubahan positif dalam pengelolaan sampah, menginspirasi banyak orang untuk mengikuti jejak mereka dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Erwan Widyarto dan Bank Sampah Griya SapuLidi (GSL) juga berkontribusi signifikan terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDGs ke 11 tentang Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan dan SDGs ke 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. Fokus pada pengelolaan sampah yang berkelanjutan, GSL berperan dalam mengurangi beban sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), mempromosikan daur ulang, dan mengedukasi masyarakat tentang praktik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Inisiatif ini mendukung SDGs dengan membantu menciptakan komunitas yang lebih bersih, mengurangi dampak lingkungan dari limbah, dan mendorong perilaku konsumsi yang lebih bertanggung jawab di tingkat lokal.
[Kantor Alumni: Aldiza, Foto: Academic Production House, Griya Sapulidi]