Kiagus Abdul Syafei, biasa disapa Syafei merupakan alumni Fakultas Peternakan (FAPET) UGM angkatan 2011. Syafei dikenal sebagai KAGAMA yang cukup berpengalaman di dunia peternakan dengan memiliki kandang pribadi yang diberi nama Kandang Budi Luhur. Selama 7 tahun berkecimpung di dunia peternakan dengan kandangnya, Syafei kerap melakukan inovasi khususnya dalam pengelolaan limbah ternak. Syafei meyakini limbah peternakan perlu dikelola dengan baik untuk keberlanjutan lingkungan.
Syafei mengatakan limbah dari ternak khususnya kotoran ternak memiliki peluang bisnis yang menjanjikan. Walaupun masyarakat kerap menganggap limbah kotoran ternak sebagai sesuatu yang tidak terpakai. Namun, bagi Syafei kotoran ternak merupakan limbah yang menjanjikan ketika mampu diubah menjadi pupuk sehingga, limbah tersebut bermanfaat bagi petani.
“Kesan limbah di masyarakat itu sesuatu yang tidak terpakai. Tapi kalau di tempat kami, tidak ada yang terbuang. Semuanya bisa diolah dan menghasilkan nilai tambah,” ungkap Syafei
Syafei mengatakan bau yang muncul dari limbah kotoran peternakan merupakan satu tantangan utama yang dihadapi para peternak. Dengan tantangan tersebut, Syafei yakin jika limbah tersebut mendapatkan sentuhan teknologi dan manajemen yang tepat. Maka, bau dari limbah bisa dikendalikan. Salah satu inovasi yang diperkenalkan Syafei ialah sistem penguraian limbah dengan menggunakan mikroorganisme efektif (EM). Ini mampu mempercepat proses pengolahan limbah menjadi kompos yang kaya nutrisi.
Menurut Syafei, limbah kotoran ternak yang terolah dengan baik akan menghasilkan produk berupa kompos padat dan pupuk cair yang memiliki nilai jual tinggi. “Pupuk cair dari kotoran hewan sangat kaya akan nitrogen, fosfor, dan kalium, yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman,” katanya.
Namun, Syafei mengakui dalam pengolahan limbah khususnya untuk pembuatan pupuk cair membutuhkan investasi yang lebih. Dikarenakan limbah tersebut harus disimpan dalam wadah khusus agar mudah didistribusikan ke lahan pertanian. Syafei juga meyakini potensi besar limbah ternak tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh banyak peternak. Bagi Syafei peternak di Indonesia masih kurang teredukasi berkaitan dengan pengelolaan limbah. Oleh karena itu, peternak membutuhkan banyak edukasi supaya peternak dapat mengolah limbah kandangnya secara mandiri sehingga, peternakan bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
“Kita harus melihat limbah sebagai sumber daya yang berharga, bukan sekadar masalah yang harus diselesaikan. Dengan pendekatan yang tepat, limbah bisa diubah menjadi uang,” tuturnya. Ia juga menekankan bahwa teknologi yang digunakan tidak harus mahal atau rumit. “Yang penting adalah konsistensi dalam pengelolaan dan pemanfaatan setiap sumber daya yang ada,” tambahnya.
Tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan, pengelolaan limbah peternakan juga bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Sebagai orang yang berpengalaman Syafei menyarankan kepada peternak untuk mengelola limbahnya sebagai produk yang berkualitas dengan adanya kemasan yang menarik sehingga, ketika produk sudah jadi maka produk akan laku dipasaran. Inovasi yang dilakukan oleh Syafei merupakan visi bisnis yang sejalan dengan SDGs 12 yakni konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Sebagai alumni yang sukses di bidang peternakan, Syafei memberikan pesan kepada mahasiswa dan alumni yang tertarik untuk berkecimpung di bidang peternakan, khususnya dalam pengelolaan limbah. Peternak harus sering nongkrong di kandang biar terbiasa dengan kondisi peternakan. Syafei juga mengajak seluruh alumni, baik dari Fakultas Peternakan maupun dari fakultas lain, untuk mempertimbangkan beternak sebagai pilihan karier.
“Peternakan ini sangat menjanjikan. Saya yakin sampai akhir hayat saya, saya akan tetap beternak karena Rasulullah juga bilang bahwa harta terbaik di akhir zaman adalah ternak,” ujarnya.
[Kantor Alumni: Tedy, Foto: Bayu]