Tim Ekspedisi Patriot Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian di kawasan transmigrasi Jantho, Aceh Besar, guna menggali potensi komoditas lokal yang dinilai mampu meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat transmigran.
Sejak Agustus 2025, tim ekspedisi ini turun langsung ke dua kecamatan di wilayah Jantho atas mandat dari Kementerian Transmigrasi. Kegiatan tersebut berfokus pada pemetaan potensi sosial, ekonomi, dan lingkungan sebagai dasar pengembangan wilayah.
Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA) Aceh melalui Cut Nelly hadiri Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Aula Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Aceh Besar, Selasa (14/10). Disitu, tim UGM memaparkan hasil awal risetnya di hadapan para keuchik dan petani setempat.
Ketua Tim Output 1 Ekspedisi Patriot Jantho UGM, M. Sidiq Wicaksono, menyampaikan, tim berhasil mengidentifikasi empat komoditas unggulan yang potensial untuk dikembangkan, yaitu kemiri, pinang, rambutan, dan kakao. Keempat komoditas tersebut dinilai sesuai dengan karakteristik tanah dan iklim di Jantho. “Lahan transmigrasi di Jantho lebih cocok untuk perkebunan dibandingkan tanaman pangan seperti padi,” jelas Sidiq.
Ia menambahkan, luas lahan perkebunan di kawasan tersebut mencapai 5.899 hektare, yang berpotensi menjadi basis ekonomi baru bila dikelola secara optimal.
Sementara itu, Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Sekolah Vokasi UGM, Eko Prasetyo, mengatakan bahwa penentuan komoditas dilakukan dengan pendekatan bottom-up, berdasarkan hasil diskusi dan kesepakatan masyarakat setempat. Penilaian dilakukan dari lima aspek: teknik budidaya, produktivitas, akses pasar, nilai ekonomis, serta kemudahan penyemaian.
Dosen Program Studi Pengembangan Produk Agroindustri UGM, Putri Rousan Nabila, menegaskan pentingnya meninjau kelayakan pengembangan dari sisi sosial, ekonomi, dan teknologi. Ia juga menyoroti perlunya perbaikan dalam proses teknis seperti pengeringan dan fermentasi hasil panen.
Tim UGM memberikan sejumlah rekomendasi strategis, di antaranya penguatan pendampingan teknis dan manajemen usaha tani oleh pemerintah daerah, pelatihan teknologi pengolahan sederhana, serta pemetaan rantai pasok dan pasar. Kolaborasi lintas sektor juga dinilai penting untuk mempercepat pengembangan komoditas unggulan di kawasan transmigrasi tersebut.
Cut Nelly menjelaskan, pengembangan komoditas lokal membutuhkan dukungan kelembagaan yang kuat, seperti kelompok tani, BUMDesa, atau koperasi merah putih.
Ia menambahkan, KAGAMA Aceh melalui bidang fasilitasi alumni dan pemberdayaan masyarakat, serta bidang pendidikan, penelitian, dan kemitraan, siap berkolaborasi untuk mendampingi dan memfasilitasi pengembangan komoditas di kawasan transmigrasi Jantho.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Aceh Besar, Irwansyah, mengapresiasi hasil riset tim UGM dan berharap hasilnya dapat menjadi rujukan dalam penyusunan kebijakan pembangunan transmigrasi yang berorientasi pada produktivitas dan kemandirian ekonomi masyarakat.
Sidiq menegaskan, ekspedisi ini bukan sekadar kegiatan akademik, melainkan langkah nyata untuk menjadikan Jantho sebagai model nasional pengembangan transmigrasi berbasis potensi lokal. “Transmigrasi sejatinya adalah membangun pusat ekonomi baru di wilayah pinggiran,” tutupnya.
[Berita dan Foto: Cut Nauval]