Ella Rizki Farihatul Maftuhah merupakan tokoh pemuda inspiratif yang aktif dalam kewirausahaan dan pemberdayaan masyarakat. Ia merupakan alumnus Magister Kimia UGM Angkatan 2018. Awalnya ia prihatin terhadap kondisi perempuan di desanya yang sebagian besar bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan penghasilan yang minim. Kemudian, ia menginisiasi pengolahan kelapa lokal yang melimpah di Candimulyo. Dengan background pendidikannya, ia melakukan penelitian dan eksperimen untuk menciptakan sebuah produk yang bernilai tinggi hingga akhirnya menemukan resep olahan yang pas pada produk gula semut dan madu vegan nektar.
Ella memulai dengan mengajak lima ibu rumah tangga untuk bergabung dalam usaha yang dirintisnya. Ia berhasil menunjukan bahwa produksi gula semut lebih higienis dibanding gula cetak. Selain itu, hasil produksinya juga memiliki nilai jual yang cukup tinggi sehingga dapat bersaing di pasar nasional maupun internasional. Setelah 3 tahun, ia telah berhasil memberdayakan sekitar 90 perempuan di Dusun Semen dan menginisiasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Nira Lestari sebagai wadah untuk menggerakan perekonomian akar rumput. Upaya yang ia lakukan ini sejalan dengan SDGs 5 (kesetaraan gender) dan SDGS 8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi).
Usaha yang ia lakukan memberikan dampak signifikan dalam memenuhi pendapatan rumah tangga. Ibu-ibu yang semula harus pergi ke kota untuk menjadi ART, akhirnya mulai beralih pekerjaan ke KWT Nira Lestari Internasional dengan jam kerja yang fleksibel. Untuk mendukung keberlanjutan usaha, ia kemudian mendaftarkan KWT Nira Lestari menjadi PT Nira Lestari Internasional. Ia juga membuat inovasi produk baru guna menunjang kebutuhan pasar di antaranya, virgin, coconut oil (VCO) dan wedang rempah tanpa ampas.
Pada aspek pengelolaan PT Nira Lestari Internasional, Ella menggunakan pendekatan koperasi yang transparan. Pendekatan ini memberikan juga menerapkan prinsip bagi hasil yang menjadi ciri khas penggerak roda perekonomian lokal. Walaupun menggunakan pendekatan koperasi, ia masih tetap mendapatkan untung dengan adanya kisaran omset miliaran rupiah setiap tahunya. Meski telah mencapai banyak hal dalam keberlanjutan bisnis, ia menyadari capaian ini masih jauh dari kata optimal. Ia merasa pemberdayaan yang dilakukan hanya menggarap 1% dari luas 480 hektar kebun kelapa di Candimulyo.
Sembari melanjutkan studi Doktoral Kimia di UGM, Ella berusaha mengimplementasikan ilmunya dengan membuat berbagai produk yang berkualitas tinggi. Walaupun komoditas utama 80% keuntungan didapatkan dari gula semut. Ia tidak ingin terpaku pada satu produk. Ia juga telah menyiapkan beberapa langkah strategi untuk pengembangan inovasi guna mendorong desanya sebagai pusat ekonomi berbasi kelapa yang mandiri dan sejahtera. Tak hanya itu, Ella juga memperkenalkan sistem crowdfunding sebagai sumber modal usaha. Dengan tetap berlandaskan pendekatan koperasi ia yakin sistem ini akan membuat investor merasa nyaman dan percaya. Selain itu, sistem ini juga mendukung untuk keberlanjutan dan kemajuan bagi pemberdayaan perekonomian akar rumput.
Atas dedikasi Ella dalam mengembangkan kewirausahaan berbasis pemberdayaan masyarakat hingga menembus pasar ekspor, ia mendapatkan penghargaan sebagai Alumnus Berprestasi Kategori Pelopor Kewirausahaan (Entrepreneurship). Kisah perjuangan pemberdayaan ini merupakan bentuk gambaran dari bagaimana integrasi ilmu pengetahuan, inovasi, dan empati sosial dapat menciptakan perubahan besar.
[Kantor Alumni: Tedy Aprilianto, Foto: Dokumentasi Pribadi]