Berwibawa namun tetap anggun dan ramah, itulah kesan pertama saat melihat sosok Ibu Dr. Hendri Saparini dalam acara Pembekalan Calon Wisudawan Program Sarjana dan Diploma Periode II Tahun Akademik 2018/2019. Acara yang diadakan dengan konsep talkshow ini dipandu oleh Ibu Dr. Nurulia Hidayah, S.Pt., M.P., dosen Sekolah Vokasi UGM, sebagai moderator.
Ibu Dr. Hendri Saparini, Komisaris Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. menyampaikan kepada para calon wisudawan, “Setelah lulus dari UGM, kalian boleh memilih dengan bebas. Kalian akan berani memilih dan bertanggung jawab terhadap pilihan kalian tersebut. Kalian harus berani menunjukkan siapa kalian.”
Alumnus Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Kebijakan Publik BUMN tersebut menambahkan, “Tunjukkanlah bahwa kalian itu orang yang memiliki sikap disiplin, pekerja keras, dan bertanggungjawab. Jangan sampai adanya kamu dan tidak adanya kamu terasa sama saja.”
“Cita-cita itu bukan tentang jabatan apa yang ingin kita raih, namun kita akan berkontribusi lewat apa,” terang Ibu Hendri di GSP, Selasa (19/2). Perempuan yang merupakan salah satu dari 100 wanita paling berpengaruh di Indonesia pada tahun 2012 tersebut bercerita bahwa cita-citanya adalah menjadi peneliti. Maka dari itu setelah lulus dari FEB UGM beliau berusaha mewujudkan cita-citanya tersebut dengan menjadi seorang analis.
“Saya dapat menjadi Komisaris Utama di Telkom karena saya tetap menggeluti bidang pekerjaan saya sebagai analis. Kalau kita tetap pada bidang kita, kita akan mampu membuat improvement-improvement, inovasi, dan perbaikan yang berguna bagi perusahaan,” ujarnya.
Ibu Hendri Saparini mengingatkan para calon wisudawan tentang era disruptif yang dapat mengacaukan segalanya. Ada banyak perubahan di dunia saat ini. Baik perubahan dari sisi bisnis, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Maka dari itu di zaman ini kita dituntut untuk tidak berhenti berinovasi. Apalagi di zaman digital ini semua hal sudah didigitalisasikan.
Era disruptif akan menyebabkan adanya lapangan-lapangan pekerjaan yang tergantikan dan nantinya akan hilang/tidak ada lagi. Sebagai contoh, zaman dahulu orang-orang harus menelepon untuk berkomunikasi, namun sekarang kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang di seluruh dunia lewat aplikasi seperti WhatsApp, Skype, dan lain sebagainya. Hal inilah yang membuat kita harus mencari peluang baru dan inovasi.
Komisaris Utama PT Telkom Indonesia itu mengatakan bahwa ekonomi kerakyatan adalah riil, bukan ilusi semata. Ekonomi gotong royong adalah kekuatan kita. Ia mengharapkan alumni UGM juga dapat mewujudkan ekonomi kerakyatan dengan berinovasi memberikan nilai tambah pada produk-produk UKM, misalnya membuat geplak berbentuk Candi Prambanan sebagai simbol bahwa geplak adalah oleh-oleh khas Yogyakarta.
Pesan terakhir Ibu Hendri sebelum mengakhiri acara pembekalan yaitu sebaiknya calon wisudawan memiliki kemampuan (skill) menguasai bahasa dan IT (Informasi Teknologi). “Setelah lulus, pilihlah jalan mana yang dapat mengantarkan kita pada tujuan kita. Ingatlah bahwa kunci sukses terletak pada kualitas orangnya, pribadi-pribadinya, apapun era yang tengah dihadapi.”
Terlepas dari hal itu, Ibu Hendri mengingatkan agar national interest harus tetap dimiliki oleh Alumni UGM di manapun ia berkiprah.
“Orang yang tidak punya national interest akan sulit untuk memiliki kesadaran membangun bangsa. Mereka akan dengan mudahnya diambil oleh negara asing dan tidak mau kembali ke negara asalnya,” imbuh Ibu Hendri. [Hubungan Alumni UGM/Nisa; Foto: Wildan]