Pemenang 2009
Pengabdian diri pada masyarakat tidaklah mudah untuk dilakukan. Melakukan sesuatu hal dengan tulus hati tanpa adanya iming-iming gaji besar, ketenaran, dan kemewahan fasilitas merupakan arti murni dari pengabdian. Pengabdian tanpa pamrih inilah yang dilakukan oleh Ilham Syifa lulusan magister Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM angkatan 2003 di sebuah daerah terpencil. Banyak orang berlomba-lomba berkarier di perkotaan agar dapat meningkatkan taraf hidup, namun Ilham Syifa lebih memilih mengabdikan dirinya di wilayah pedalaman dengan menjadi Kepala Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik. Lokasi desa ini cukup jauh, terletak di Pulau Bawean dan harus ditempuh dengan kapal ferry selama 3,5 jam dari Pelabuhan Tanjung Emas. Ilham Syifa merupakan sosok yang gigih dan berdedikasi tinggi dalam melayani masyarakat Desa Tanjungori. Ia menginginkan terciptanya masyarakat yang mandiri. Selama menjadi kepala desa, banyak kebijakan dan terobosan yang dilakukan oleh beliau dalam memajukan Desa Tanjungori terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan perekonomian masyarakat. Di bidang pendidikan selain diadakannya sekolah formal, Ilham Syifa menginisiasi adanya lembaga-lembaga bimbingan belajar seperti kursus bahasa inggris, informatika (komputer), dan kursus keterampilan lainnya. Di bidang kesehatan, Ilham Syifa dibantu sang istri Faizah Komala (dokter), mempunyai cara tersendiri dalam mengatasi hal tersebut yaitu dengan menggalakan gerakan penanaman tanaman obat keluarga yang dinamakan “Toga” di Desa Tanjungori. Ide ini muncul mengingat kondisi Desa Tanjungori yang berada cukup jauh dari layanan kesehatan. Namun jika warga desa membutuhkan penanganan medis yang cukup kompleks, harus menempuh kurang lebih sejauh 80 mil dan membutuhkan waktu selama 1 jam (cuaca normal). Lebih jauh, Ilham Syifa juga sangat concern terhadap tingkat perekonomian warga desanya. Keadaan ekonomi warga yang rendah membuatnya memutar otak dalam mencari cara agar dapat meningkatkan penghasilan warga Desa Tanjungori. Salah satunya dengan memanfaatkan keindahan alam Desa Tanjungori melalui promosi wisata. Warga Desa Tanjungori yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan dapat menjual hasil tangkapan mereka kepada para wisatawan dengan harga yang cukup tinggi dari biasanya. Para ibu rumah tangga juga didorong untuk berwirausaha dengan menjual makanan dan minuman guna membantu pemenuhan perekonomian keluarga mereka.
Eko Ari Prabowo adalah alumnus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada lulusan tahun 1998. Beliau berhasil meraih penghargaan Alumni Berprestasi kategori Pengabdian di Daerah Terpencil. Pria yang akrab disapa Eko atau Ari ini merupakan sosok yang gigih dan tak kenal lelah dalam memajukan dunia pendidikan, khususnya di wilayah bumi Cendrawasih. Eko merupakan guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Merauke, Papua. Sebelumnya, Eko juga pernah mengajar di SMP Negeri 1 di distrik Muting, di wilayah pedalaman Merauke. Selain berprofesi sebagai guru dan aktif mengajar di sekolah, Eko juga merupakan penulis yang sangat berbakat. Kecintaannya dalam dunia sastra membuat Eko aktif menuangkan ide dan kreatifitasnya lewat karya tulis fiksi terutama novel dan cerpen. Tercatat Eko pernah menjuarai Penulisan Naskah Buku Pengayaan Untuk Jenis Novel yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2008 (dulu DEPDIKNAS) dan berhasil meraih juara 1. Naskah tersebut berjudul “Petualangan Rendy” yang berkisah tentang seorang tenaga pengajar yang mengabdikan diri di daerah terpencil. Kisah ini terinspirasi oleh kisah hidup beliau sebagai guru yang ikhlas mengabdi guna mencerdaskan para siswa sebagai generasi penerus bangsa yang tinggal di daerah yang terpencil di timur Indonesia. Tak sampai disitu, Eko juga mendapat juara Lomba Penulisan Cerita Rakyat. Tulisan fiksi lainnya berbentuk cerpen juga berhasil masuk dalam antologi Kelas Cerpen Kompas Tahun 2016. Usaha tidak pernah mengkhianati hasil, pada 2018 Eko berhasil meraih Juara III Olimpiade Guru Nasional Pendidikan Menengah yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Eko menjadi satu-satunya wakil dari Papua yang lolos sebagai finalis pada ajang tersebut dan sekaligus menjadi pemenang yang mengharumkan nama Papua.